LGBT Bukan Gangguan Mental, Psikolog: Mereka Perlu Mendapatkan Edukasi

- Selasa, 7 Maret 2023 | 12:30 WIB
Ilustrasi lambang LGBT. (Freepik)
Ilustrasi lambang LGBT. (Freepik)

Fenomena LGBT yang kian marak di Indonesia, termasuk pula di Ambon jadi perhatian serius. Pasalnya, hal tersebut juga meningkatkan kasus HIV/AIDS di Ambon.

Menurut psikologi sendiri fenomena LGBT sendiri bukan gangguan mental dan mereka yang terjebak dalam fenomen tersebut harus diedukasi tentang bahaya LGBT.

Baca juga: Kasus HIV/AIDS di Ambon Meningkat, Didominasi Pasangan Sesama Jenis

"Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) itu bukan merupakan salah satu gangguan mental," ujar Vebry Wattimena M.Psi di Ambon,  dikutip dari Antara.

Menurutnya, kepribadian dasar manusia dibagi atas normal dan abnormal. Pribadi yang normal pada umumnya memiliki mental yang sehat, sedangkan pribadi yang abnormal biasanya memiliki mental yang tidak sehat.

-
Ilustrasi LGBT. (Freepik/sweettomato)

Vebry mengatakan kaum LGBT dapat dikategorikan abnormal karena membuat seseorang yang mengalaminya dan lingkungan sekitarnya merasa tidak nyaman dan berisiko menimbulkan dampak negatif lain dari kondisi tersebut.

"LGBT sendiri biasanya termasuk dalam gangguan identitas. Artinya apakah dalam kondisi tersebut seorang LGBT merasa nyaman atau tidak. Ketika dia tidak merasa nyaman atau orang-orang sekitarnya risih hingga menimbulkan kecemasan berlebih dan depresi yang misalnya berisiko tindak kriminal maka di situlah baru bisa dikatakan tidak normal," katanya.

Tapi di sisi lain, Vebry mengatakan fenomena LGBT  sendiri cepat atau lambat dan nyaman atau tidak, tentunya bisa menimbulkan dampak negatif seperti penyebaran HIV/AIDS.

Baca juga: Pria 53 Tahun Asal Jerman Sembuh dari HIV Setelah Menjalani Transplantasi Sel Punca

"Pentingnya keterbukaan kaum LGBT dengan orang-orang terdekat, agar edukasi yang diberikan juga tepat dan ketika sudah diedukasi secara langsung atau tidak langsung dapat mengurangi LGBT itu sendiri," lanjutnya.

Vebry sendiri mengatakan seorang LGBT bisa diubah krisis identitas mereka, namun memerlukan waktu yang cukup lama.

Menurut Vebry sendiri ada dua faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gay atau lesbian yaitu trauma masa lalu seperti penyintas pelecehan seksual dan faktor lingkungan. Untuk itu terapi perubahan perilaku menjadi sangat penting bagi mereka yang ingin berubah menjadi lebih baik.

Sebelumnya kasus HIV di Ambon sendiri dilaporkan meningkat mencapai 271 kasus pada 2022 dan didominasi perilaku seks sesama jenis.

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X