Waspadai Coronasomnia, Gangguan Tidur Akibat Pandemi

- Kamis, 18 Maret 2021 | 15:42 WIB
Ilustrasi sulit tidur. (Pexels/Cottonbro)
Ilustrasi sulit tidur. (Pexels/Cottonbro)

Sejak pandemi virus corona merebak, jumlah orang yang mengalami gangguan tidur disebut meningkat. Menurut survei global tahunan yang dilakukan Philip terhadap 13 ribu orang dari 13 negara, sejak pandemi mulai, ditemukan sebesar 70 persen responden mengalami gangguan tidur.

Setelah setahun lebih mengubah gaya hidup seperti selalu memakai masker, rajin mencuci tangan, dan mematuhi protokol kesehatan, pandemi belum juga usai. Hal ini dapat memicu stres.

"Stres membawa dampak buruk pada tidur," kata Lisa Medalie, penyedia pengobatan perilaku gangguan tidur dikutip dari Healthline, Kamis (18/3/2021).

Dia juga mengatakan stres dapat menyebabkan insomnia. Menurutnya, stres dapat mengaktifkan saraf otonom yang menyebabkan pelepasan hormon seperti adrenali dan kortisol. Jika hormon kortisol meningkat, membuat seseorang sulit tidur.

Sejak masa pandemi, penelitian menunjukkan bahwa 58 persen orang harus bergantung pada obat tidur. Diketahui ada peningkatan sebesar 20 persen dalam penggunaan obat tidur.

Kelelahan dan stres yang diakibatkan oleh pandemi membuat orang sulit tidur. Inilah yang disebut dengan fenomena coronasomnia.

BACA JUGA: Benarkah Tidur Ngorok Mengindikasikan Tidur Pulas?

"Orang-orang melaporkan melaporkan sangat lelah dengan pandemi. Ini mungkin terkait dengan kurang tidur, stres yang meningkat, gejala suasana hati, penurunan olahraga, dan penurunan paparan cahaya karena lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan," kata Medalie.

Pada akhirnya pandemi memunculkan siklus coronasomnia, yaitu kondisi ketika pandemi membuat seseorang sulit tidur, kemudian karena kurangnya istirahat atau kurang tidur membuat seseorang mengalami kelelahan dan stres.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

7 Cara Efektif Mengatasi Rasa Ngantuk saat Bekerja

Selasa, 16 April 2024 | 20:43 WIB
X