Untuk Pertama Kalinya, Peneliti Sengaja Masukkan Virus COVID-19 ke Manusia, Apa Hasilnya?

- Sabtu, 2 April 2022 | 12:03 WIB
Ilustrasi penelitian COVID-19 (Unsplash/selimaksan)
Ilustrasi penelitian COVID-19 (Unsplash/selimaksan)

Peneliti baru saja melakukan uji coba efek virus COVID-19 secara langsung dalam tubuh manusia. Riset tersebut menjadi yang pertama dalam sejarah.

Hasil penelitian tersebut mengungkap, penularan COVID-19 dari seseorang yang terpapar tidak bergantung pada gejalanya. Artinya, pasien bergejala COVID-19 ringan maupun berat tetap memiliki kemungkinan besar menularkan penyakit kepada orang sehat.

Baca juga: Meski Kasus Menurun, WHO Ungkap Skenario Terburuk, Akhir Pandemi Diprediksi Bakal Begini

Melansir Reuters, proyek penelitian yang dijalankan oleh Open Orphan (ORPH.L) dengan Imperial College, London ini menunjukkan di antara 18 peserta yang tertular COVID-19, tingkat keparahan gejala, atau apakah mereka mengembangkan gejala sama sekali, tidak ada hubungannya dengan viral load atau jumlah virus di saluran udara mereka.

"Tidak ada korelasi antara jumlah pelepasan virus dengan qPCR atau FFA dan skor gejala," kata para peneliti dalam makalah yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah Nature Medicine.

Hal ini membuat para peneliti heran, sebab selama ini tingkat keparahan gejala diperkirakan bergantung dari banyaknya jumlah virus yang menginfeksi. 

Padahal jumlah virus hanya memiliki peran besar untuk menyebarkan penularan dan itu hanya dapat diukur dengan dua metode yang dikenal sebagai focus-forming assay (FFA) dan kuantitatif polymerase chain reaction (qPCR).

Hasil penelitian ini pun menggarisbawahi bahwa penularan COVID-19 memang sangat sulit dicegah. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus gencar memperingatkan keganasannya. 

Pada penelitian itu sendiri virus sengaja dimasukkan secara langsung ke dalam tubuh 36 orang dewasa muda yang sehat. Para sukarelawan ini sebelumnya tak memiliki riwayat infeksi atau vaksinasi.

Sehingga ketika virus SARS-CoV-2 asli disuntikkan ke tubuh mereka benar-benar dapat dilihat efeknya, yaitu lebih dari setengahnya tertular virus.

Namun dua sukarelawan ternyata memiliki antibodi terhadap virus, sehingga mereka dikeluarkan dari analisis. 

"Tidak ada efek samping serius yang terjadi, dan model studi semacam ini pada manusia terbukti aman dan dapat ditoleransi dengan baik pada orang dewasa muda yang sehat," pugkas tim peneliti.
 


Artikel Menarik Lainnya:

 

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X