Cara Hadapi Anak yang Trauma Akibat KDRT

- Selasa, 11 Oktober 2022 | 14:02 WIB
Ilustrasi anak yang menjadi korban KDRT. (Pixabay)
Ilustrasi anak yang menjadi korban KDRT. (Pixabay)

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga berujung perceraian pada orang tua, tentu akan berdampak pada psikologi anak. Apalagi, jika kekerasan yang terjadi dengan orang tua, dilihat langsung oleh anak.

Psikolog dari Universitas Indonesia Rosdiana Setyaningrum, MPsi, MHPED menjelaskan, enggak hanya anak yang harus melakukan terapi, tapi orangtua juga perlu melakukannya.

"Anak itu sebetulnya, kalau dia melihat saja, dia bisa trauma. Jadi sebenarnya yang harus di-handle itu adalah abuser-nya. Karena kalau anaknya trauma kan harus ada penanganan tuh. Karena kalau kekerasan itu traumanya dalam, dan harus ditangani sama profesional," ujar Rosidana dikutip Indozone dari Antara, Selasa (11/10/2022).

Baca Juga: Potret Lesti Kejora Pakai Penyangga Leher usai Di-KDRT Rizky Billar, Ini Fungsinya

"Tapi percuma kalau sudah ditangani anaknya trauma, tapi di rumah terjadi lagi. Yang ada itu bisa jadi tambah parah karena dia merasa itu cycle yang dia enggak bisa setop. Dan kalau yang diterapi cuma anaknya, nanti dia akan merasa bahwa dia adalah penyebab," sambungnya.

Apabila anak enggak melakukan terapi ketika mengalami trauma karena KDRT, hal tersebut bisa berdampak pada kehidupannya saat dewasa. Misal, seperti mempengaruhi hubungan asmara anak tersebut di masa depan.

Kendati demikian, Rosdiana mengatakan, hal ini enggak selalu terjadi. Sebab, setiap orang akan memiliki dampak yang berbeda-beda saat mengalami trauma.

Baca Juga: Psikolog: Pencegahan Tindak KDRT Bisa Dimulai dari Mendidik Anak

"Bisa berpengaruh juga ke hubungan asmara dia ketika dewasa. Tapi ini tergantung ya. Anak ini korban, atau dia hanya melihat. Tiap orang itu kan beda, jadi dampaknya juga akan berbeda pada setiap orang. Bisa jadi kakak adik mengalami hal yang sama, tapi dampaknya berbeda, itu bisa," katanya.

Di sisi lain, psikolog dari Universitas Indonesia Kasandra Putranto memaparkan, anak yang melihat perilaku kekerasan setiap hari dalam rumah dapat mengalami gangguan fisik, mental, dan emosional.

"Gangguan emosional dapat dimanifestasikan dalam bentuk peningkatan perilaku agresif, kemarahan, kekerasan, perilaku menentang, dan ketidakpatuhan serta timbul gangguan emosional dalam diri anak," ungkap Kasandra.

"Misalnya seperti rasa takut yang berlebihan, kecemasan, relasi buruk dengan saudara kandung atau teman, bahkan hubungan dengan orang tua serta mengakibatkan penurunan self esteem pada anak," lanjutnya.

Kasandra menjelaskan, hal itu dapat terlihat dari menurunnya prestasi anak di sekolah, terbatasnya kemampuan korban solving, dan kecenderungan sikap anak untuk melakukan tindak kekerasan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X