Merebaknya kasus virus korona baru atau 2019-nCoV tak dipungkiri membuat banyak masyarakat khawatir. Terlebih terjadi peningkatan kasus dan kematian yang cukup signifikan.
Hal ini yang kemudian memicu sejumlah masyarakat melakukan langkah pencegahan agar terhindar dari virus.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah penggunaan masker. Hal ini berdampak pada menipisnya stok masker di apotek maupun toko kesehatan. Entah itu masker bedah maupun masker N95. Tapi seberapa efektif masker dapat mencegah virus korona baru?
"Sebenarnya semua sekarang sedang belajar virus korona baru ini transmisinya melalui apa. Ada yang ngomong droplet, airborne, ada yang ngomong close contact. Semuanya belum ada kepastian lebih detail mengenai hal-hal itu," ujar Dirjen Pencegah dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, dr Anung Sugihantono, M. Kes dalam temu media, Selasa (11/2/2020) di Balitbangkes, Jakarta Pusat.
Dijelaskan oleh Anung, masker merupakan salah satu upaya apabila penularan virus melalui airborne atau udara. Namun apabila penularan virus korona melalui cara lain seperti droplet atau kontak dekat, maka cara pencegahannya berbeda. Oleh karena itu, langkah yang dinilai lebih efektif adalah menerapkan pola perilaku hidup bersih dan sehat.
"Contoh kalau salaman seharusnya jangan jabat tangan tapi menempelkan buku jari. Tapi kita enggak bisa ngomongin satu langkah aja dilakukan, harus lihat satu kesatuan," ujar Anung.
Cuci tangan perlu dilakukan sesering mungkin terutama sebelum makan, sehabis beraktivitas di luar, setelah dari toilet, dan setelah memegang hewan. Selain itu, untuk penggunaan masker pastikan tertutup rapat hidung dan pipi.
