Ini Penyebab Hasil Tes Swab dan Rapid Test Tak Selalu Sama

- Rabu, 11 November 2020 | 18:13 WIB
Petugas medis mengambil sampel saat menggelar tes swab Covid-19 di Pasar Tasik, Jakarta, Kamis (2/7/2020). (INDOZONE)
Petugas medis mengambil sampel saat menggelar tes swab Covid-19 di Pasar Tasik, Jakarta, Kamis (2/7/2020). (INDOZONE)

Tes PCR (Polymerase Chain Reaction) swab dan rapid test adalah dua dari beberapa metode yang digunakan untuk mendiagnosis seseorang terhadap infeksi virus corona. Namun, hasil kedua metode tersebut tak selalu sama.

Biaya melakukan rapid test lebih murah dari tes swab. Namun, keakuratan rapid test kerap dipertanyakan karena seringkali memberikan hasil yang tidak tepat.

Pada kasus yang sering terjadi, hasil rapid test menunjukkan seseorang non reaktif terhadap virus corona, namun begitu menjalani tes swab, pasien dinyatakan positif Covid-19. Lalu apa yang membuat hasil keduanya berbeda?

Dokter Spesialis Patologi Klinik dari Halodoc, dr. Theresia Novi, Sp.PK menyanggah pernyataan tentang ketidakakuratan tes antibodi untuk mendeteksi Covid-19. Menurutnya, berbagai metode tes untuk mendeteksi Covid-19 yang ada memiliki porsi masing-masing.

"Untuk PCR dia bisa tahu lebih awal dari antigen. Karena PCR ini virusnya sedikit aja dan dilakukan amplifikasi. Amplifikasi itu diperbanyak sehingga yang tadinya sedikit bisa kita deteksi," ujar dr. Theresia dalam sebuah webinar, Rabu (11/11/2020).

BACA JUGA: Pemerintah Telah Aktifkan 70 Lab di 186 Wilayah untuk Tes Covid-19

Jika tes PCR dilakukan dengan teknik usap atau swab, rapid test dilakukan dengan mengambil darah vena maupun darah kapiler yang biasanya diambil dari jari untuk memeriksa antibodi. Berbeda dengan PCR, rapid test hanya bisa mendeteksi virus corona jika kadar virusnya tinggi.

Pada rapid test, hasilnya lebih lama keluar karena menunggu timbulnya antibodi yang bisa memakan waktu beberapa hari setelah tubuh terinfeksi virus corona, sehingga lebih lama terdeteksi.

"Antibodi sebagai respons tubuh munculnya lebih lambat, mulai tiga sampai lima hari baru muncul, tapi hilangnya lebih lama. Mungkin ada pasien tanya sudah reaktif, kemudian sudah sembuh, masih saja reaktif. Karena antibodi bisa bertahan berbulan-bulan. Bahkan ada yang dari awal sampai sekarang antibodinya masih bertahan," pungkas dr. Theresia.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

X