Studi: Infeksi COVID-19 Parah Picu Penurunan Kognitif dan Bikin Otak 20 Tahun Lebih Tua

- Jumat, 6 Mei 2022 | 09:15 WIB
Ilustrasi penyintas COVID-19 (Freepik/prostooleh)
Ilustrasi penyintas COVID-19 (Freepik/prostooleh)

COVID-19 menyerang saluran pernapasan. Meski begitu pasien yg terinfeksi Virus SARS-CoV-2 ini akan mengalami serangkaian efek pada otak.

Bahkan dalam tingkat keparahan yang tinggi, infeksinya bisa memicu gejala kabut otak, kebingungan, kehilangan penciuman, dan mati rasa bersamaan dengan risiko stroke.

Tak hanya itu, sebuah studi baru juga menunjukkan bahwa infeksi COVID-19 yang bisa memicu masalah kognitif yang mengakibatkan penderitanya mengalami penurunan otak sehingga seolah-oleh berusia 20 tahun lebih tua.

Hasil ini sendiri didasarkan pada penelitian terhadap kurang dari 50 penyintas COVID-19 di Inggris. Di mana dalam jurnal eClinicalMedicine yang dipublikasikan pada 28 April 2022 disebutkan bahwa ada dampak negatif COVID-19 yang bertahan lama pada otak.
Baca juga: 5 Cara Ampuh Mengatasi Pegal-Pegal Usai Mudik Lebaran, Badan Kembali Sehat dan Bugar
Dikutip dari LiveScience, studi ini telah memperkuat temuan sebelumnya. yakini pada 2021. Saat itu peneliti berhasil mengungkap bahwa penyintas yang mengalami long COVID-19 masih mengalami berbagai gejala selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah infeksi awal.

Mereka disebutkan mengalami masalah kognitif seperti kesulitan berpikir, sakit kepala, kehilangan kesadaran hingga indera penciuman dan perasa yang tak berfungsi dengan baik.

-
Ilustrasi penyintas COVID-19 (Freepik/rawpixel.com)

Gejala yang berkepanjangan ini bahkan tidak hanya dialami oleh mereka yang mengalami infeksi COVID-19 parah, tetapi juga orang dengan gejala ringan.

Di mana sebuah penelitian lain juga berhasil menemukan pola penyusutan otak yang berbeda pada ratusan penyintas COVID-19, yaitu ada kemungkinan atrofi abnormal yang  berkontribusi pada defisit kognitif.

Studi lainnya di Inggris juga menyoroti kasus COVID-19 parah sehingga pasien memerlukan rawat inap. Peneliti mempelajari bagaimana pasien menjalani tes kognitif sekitar 6-10 bulan ke depan.

Peneliti lalu membandingkannya dengan orang yang tidak pernah terkena COVID-19. Hasilnya ada defisit paling signifikan pada tugas analogi verbal, di mana mereka menunjukkan akurasi dan kecepatan yang lebih buruk pada tugas spasial yakni kala mereka diminta untuk memanipulasi bentuk 2D dalam pikiran untuk memecahkan teka-teki.

-
Ilustrasi hasil rontgen otak (Freepik/mediaphotos)

Tingkat keparahan penurunan ini juga bervariasi antara masing-masing pasien, tergantung pada tingkat keparahan infeksi awal mereka. Ini artinya, penurunan kognitif yang lebih buruk dialami pasien yang membutuhkan ventilator dan masalah organ.

"Kami menyimpulkan setiap pemulihan kognitif kemungkinan besar akan lambat. Penting juga untuk mempertimbangkan pemulihan kognitif dapat bervariasi antar individu tergantung pada tingkat keparahan penyakit dan dasar-dasar neurologis atau psikologis, yang kemungkinan kompleks," jelas peneliti.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X