Kenapa Kerumunan Seperti di Halloween Itaewon Bisa Picu Henti Jantung?

- Senin, 31 Oktober 2022 | 12:46 WIB
Para petugas melakukan penyelamatan di sebuah lokasi saat perayaan Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, (30/10/2022). (Reuters/Kim Hong-Ji)
Para petugas melakukan penyelamatan di sebuah lokasi saat perayaan Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, (30/10/2022). (Reuters/Kim Hong-Ji)

Pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan, pada Sabtu (29/10/2022) lalu, menjadi salah satu kejadian paling mengerikan yang pernah terjadi. Diduga akibat terjadinya henti jantung.

Hingga Senin (31/10/2022), korban tewas dalam tragedi tersebut bertambah menjadi 154 orang dan korban luka-luka menjadi 132 orang.

Dikutip dari Koreaboo, Badan Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat Korea Selatan (CDSCHQ) melaporkan, dari 132 orang yang terluka, 36 di antaranya masih dalam kondisi kritis dan tengah mendapat perawatan.

Korban tewas dalam kejadian horor tersebut, diduga akibat berdesak-desakan dan banyak yang mengalami sesak napas. Warga dan pengunjung juga sampai diminta membantu melakukan cardiopulmonary resuscitation (CPR).

Baca Juga: Dilakukan Warga Itaewon untuk Selamatkan Korban Pesta Halloween, Begini Cara Melakukan CPR

Tindakan CPR merupakan salah satu pertolongan pertama dalam mengatasi henti jantung atau cardiac arrest.

Sementara itu, spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Siloam Hospital ASRI, dr Ayuthia Putri Sedyawan menjelaskan, jantung berhenti bisa terjadi saat berdesakan di dalam kerumunan.

"Karena berdesak-desakan, sehingga dada orang terhimpit sebegitu hebatnya, sampai rongga dada tidak dapat berkembang dengan sempurna untuk mengambil oksigen. Dikenal juga dengan sebutan, compression asphyxia," kata dr Ayuthia saat dihubungi Indozone, Senin (31/10/2022).

Baca Juga: 50 Orang Henti Jantung saat Pesta Halloween Itaewon, Ini Bedanya dengan Serangan Jantung

Saat situasi tidak terkendali, membuat massa merasa panik dan menyebabkan hormon stres dalam darah meningkat. Kondisi ini, pada akhirnya menimbulkan vasokonstriksi atau pembuluh darah menyempit.

"Kondisi ini semua, baik stres, kurang oksigen, hormon inflamasi meningkat drastis dan faktor lainnya, dapat menyebabkan beban jantung makin berat dan akhirnya terjadi henti jantung," ujarnya.

Lebih lanjut, dr Ayuthia mengingatkan, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau bantuan hidup dasar (BHD) menjadi sangat penting untuk menolong orang lain ketika seseorang mengalami henti jantung

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Terkini

X