Kenali Penyebab Covid-Somnia, Kondisi yang Dialami Banyak Orang saat Pandemi

- Jumat, 7 Januari 2022 | 17:50 WIB
Ilustrasi insomnia. (Freepik)
Ilustrasi insomnia. (Freepik)

Istilah Covid-Somnia sendiri mulai dikenal pada tahun 2020 saat awal pandemi merebak di seluruh dunia. Berdasarkan data yang diperoleh, sejak pandemi COVID-19, populasi orang yang mengalami kesulitan tidur meningkat.

Pada 2020, British Sleep Society melaporkan bahwa kurang dari separuh penduduk Inggris mendapatkan "tidur yang menyegarkan".

Sementara di Amerika Serikat, masalah kurang tidur sudah dianggap sebagai epidemi oleh CDC (Centers for Disease Control).

Kemudian, sejak berlangsungnya pandemi, kasus insomnia semakin meningkat hingga mencapai empat puluh persen. Gangguan tidur selama pandemi COVID-19 ini disebut tandemic.

Pandemi COVID-19 memang telah mengubah hampir semua aspek kehidupan sehari-hari anak-anak hingga orang dewasa.

Selama pandemi, banyak yang kehilangan keluarganya, ditambah lagi kondisi ekonomi yang tidak pasti karena adanya pembatasan sosial.

Dokter spesialis kedokteran jiwa dr. Leonardi A. Goenawan, Sp.KJ mengemukakan 3 penyebab gangguan tidur, yaitu:

1. Stres

Stres emosional akibat pandemi dapat mengubah arsitektur tidur, memperpendek durasi gelombang lambat yang bersifat restoratif, meningkatkan REM (rapid eye movement), dan cenderung membuat seseorang lebih sering terbangun di malam hari.

Dalam suatu penelitian dikatakan bahwa kondisi ini dapat tetap terjadi selama dua tahun setelah seseorang mengalami tekanan emosional yang berat seperti pada pandemi ini.

2. Terlalu banyak menelan informsi yang meresahkan

Terlalu banyak menelan informasi yang meresahkan bisa menimbulkan kecemasan. Belum lagi jika harus berhadapan dengan hoaks.

Durasi kita berada di depan monitor (screen time), dikaitkan dengan menurunnya kualitas tidur, terutama apabila dilakukan pada malam hari.

3. Hilangnya rutinitas harian

Protokol kesehatan yang mengharuskan untuk jaga jarak membuat banyak manusia yang kehilangan rutinitas hariannya.

Hilangnya berbagai aktivitas ini akan menimbulkan perasaan terisolasi dan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.

Sementara berbagai aktivitas yang normal memiliki kontribusi yang besar untuk menjaga kestabilan irama sirkadian, karena berfungsi sebagai penanda waktu.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X