Di Indonesia sendiri, masih banyak masyarakat yang menggemari jenis makanan yang digoreng, mulai dari lauk hingga cemilan. Rasanya yang gurih bisa menambah selera makan.
Meski lezat dan bikin kita susah untuk berhenti mengunyah, tapi makanan berminyak tersebut menyimpan efek jahat bila dikonsumsi secara berlebihan.
Kenyataannya, masih ada masyarakat yang mengonsumsi makanan berminyak secara berlebihan. Contohnya, mengonsumsi gorengan hampir setiap hari.
Bukan cuma bikin berat badan bertambah, efek dari mengonsumsi makanan berminyak berlebihan juga bisa berujung pada kematian.
Baca juga: 5 Cara agar Wajah Tidak Kusam dan Berminyak, Begini Merawatnya!
Dikutip dari laman Primaya Hospital, berikut beberapa efek 'horor' mengonsumsi makanan berminyak berlebihan:
1. Sistem Pencernaan Terganggu
Makanan berminyak bisa mengganggu sistem pencernaan karena lemak banyak menumpuk dan proses pencernaan lemak lebih lama, bila dibandingkan dengan zat gizi lainnya.
Kondisi tersebut membuat lemak bertahan lebih lama di dalam perut. Kebanyakan lemak bisa bikin pencernaan jadi lebih keras hingga akhirnya terjadi kembung dan mual.
2. Meningkatkan Risiko Kegemukan atau Obesitas
FYI, setiap gram lemak berisi 9 kalori. Nah, karena itulah makanan berminyak ini mudah menambah asupan kalori.
Jadi, terlalu banyak mengonsumsi makanan berminyak sangat berpotensu meningkatkan risiko kegemukan arau obesitas.
3. Bikin Jerawatan
Kondisi kulit yang sehat juga karena pengaruh makanan, lho. Karena itu, setiap orang disarankan untuk mengonsumsi makanan yang sehat.
Kebanyakan mengonsumsi makanan berminyak bisa merangsang kelenjar minyak pada kulit. Minyak yang berlebih juga menutup pori-pori kulit yang menyebabkan terjadinya jerawat. Gula dan lemak yang terdapat di jerawat bisa memperparah jerawat.
Baca juga: Viral Kuliner Surabaya Nasi Minyak, Dokter Wanti-Wanti Risiko Penyakit Ini!
4. Tingkatkan Risiko Penyakit Diabetes
Berdasarkan penelitian dari Harvard Public Health School, seseorang yang mengonsumsi makanan berminyak dengan intensitas 4-6 kali seminggu berisiko hingga 39% kena diabetes tipe 2.
