Kabar Baik: Omicron Hanya Sebabkan Gejala Ringan, Tidak Seperti Delta

- Selasa, 4 Januari 2022 | 20:14 WIB
Ilustrasi Omicron. (Foto: Reuters)
Ilustrasi Omicron. (Foto: Reuters)

COVID-19 terus memunculkan varian baru seolah tak ada habisnya. Saat di banyak negara sudah menggalakkan vaksinasi dan bahkan mulai beraktivitas normal, muncul lagi varian yang bernama Omicron.

Namun, kabar terbaru mengatakan bahwa varian yang satu ini hanya akan menyebabkan gejala ringan dibanding varian Delta yang lebih dulu muncul.

Sebuah konsorsium peneliti dari Amerika dan Jepang baru-baru ini merilis hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Omicron mempengaruhi kondisi paru-paru secara berbeda.

Dikutip dari Medical Daily, merujuk percobaan pada tikus dan hamster, didapati fakta bahwa Omicron menyebabkan dampak yang tidak terlalu parah pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah.

Peneliti menemukan fakta bahwa Omicron menghasilkan beban virus yang lebih rendah di hidung, tenggorokan, dan paru-paru, yang mengarah ke viral load dan replikasi yang lebih ringan dan pada akhirnya lebih sedikit kerusakan pada area itu.

Kepala penasihat medis Gedung Putih Dr. Anthony Fauci mengakui penelitian tersebut dan penelitian lain baru-baru ini.

Sebelumnya, pada pertengahan Desember lalu, sebuah studi dari University of Hong Kong menyampaikan temuan yang hampir serupa. 
Menurut peneliti, Omicron berkembang biak sepuluh kali lebih lambat di jaringan paru-paru dan 70 kali lebih cepat di saluran udara daripada versi asli SARS-CoV-2.

Karena Omicron bereplikasi pada tingkat yang lebih lambat di paru-paru, maka ini dapat menjelaskan tingkat keparahan penyakit yang lebih rendah, demikian disiarkan Antara.

Temuan ini juga memvalidasi pengamatan para ahli medis sebelumnya di Afrika Selatan yang mencatat lebih sedikit rawat inap dan lebih sedikit kematian karena Omicron.

Gejala hanya Muncul Malam Hari

Sementara itu,  seorang dokter di Inggris menyebut bahwa Omicron hanya akan menunjukkan gejala pada malam hari pada tubuh orang yang terjangkit.

Dr Amir Khan dari Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyebutkan, di antara lima pasien COVID-19 yang terinfeksi varian Omicron, salah satunya mengalami gejala menonjol yang hanya muncul pada malam hari.

Namun, ini bukan pertama kalinya para ahli mengamati keringat berlebih di malam hari pada pasien COVID-19. Pada Desember lalu, sekelompok peneliti juga mencatat sebanyak 114 orang dari 212 peserta studi melaporkan banyak berkeringat sementara 102 dari mereka melaporkan berkeringat pada malam hari saat memerangi virus.

Sementara itu, penelitian berbeda yang diterbitkan Rumah Sakit Guizhou University beberapa waktu lalu menunjukkan keringat malam bisa menjadi gejala pertama pneumonia COVID-19.

Namun, laporan ilmiah itu tidak didukung bukti yang luas sehingga penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung apa yang peneliti temukan. Meski demikian, beberapa ahli medis sejak itu mengakui keringat malam sebagai salah satu gejala infeksi COVID-19.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X