Risiko Kematian Akibat Vape Belum Tentu Lebih Tinggi dari Rokok

- Senin, 16 September 2019 | 11:38 WIB
photo/Ilustrasi/Pixabay
photo/Ilustrasi/Pixabay

Belakangan ini, rokok elektrik beraroma atau dikenal dengan 'vape' tengah ramai digunakan oleh banyak kalangan, khususnya anak-anak muda. Berkaitan dengan rokok vape ini, seorang pegiat kesehatan masyarakat, Dr. Ajeng Tias Endarti, mengungkapkan bahwa risiko kematian yang ditimbulkan rokok vape belum tentu lebih tinggi ketimbang rokok biasa.

Dari penjelasan Ajeng, dia menyebutkan ada 34 penelitian yang menunjukkan bahwa rokok vape memberi dampak risiko kematian lebih tinggi dari rokok biasa dan ada pula yang sebaliknya.

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Namun, lanjutnya, hal tersebut msih belum dapat diambil kesimpulan dikarenakan adanya konflik kepentingan dari sumber pendanaan penelitian.

"Terkait angka kematian akibat rokok vape, menurut saya akan sangat tergantung dari penyakit yang menyertai kasus meninggalnya pasien. 'Vape' tidak hanya menjadi salah satu faktor kematian. Namun, faktor itu berkolaborasi dengan penyakit lain," kata Ajeng di Jakarta, Minggu (15/9) malam.

Ajeng yang juga berperan sebagai pegiat kesehatan di Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) tersebut menyatakan masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa rokok vape sebagai salah satu faktor risiko penyebab kematian utama yang lebih besar ketimbang rokok. Itu dikarenakan penelitian berkaitan dengan itu baru berlangsung dalam rentang waktu yang pendek.

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

Dia menjabarkan hampir semua studi mulai 1950-an menyepakati rokok menjadi faktor risiko penyakit ibu dan anak, serta penyakit menular. Namun studi terhadap rokok vape baru dimulai sekitar 2014 sehingga kesimpulan studi rokok vape belum sekuat rokok.

Di beberapa lembaga swadaya masyarakat kesehatan Indonesia, Ajeng mengatakan mereka telah menolak 'free smoke tobacco campaign' atau kampanye bebas dari asap tembakau yang dibentuk perusahaan rokok Phillip Morris. Kampanye itu seolah-olah membuat penghirup uap 'vape' lebih sehat ketimbang asap rokok.

Selain itu, Ajeng menilai rokok vape tidak bisa serta merta membebaskan pengonsumsinya dari bahaya yang sama ditimbulkan dari asap rokok.

-
photo/Ilustrasi/Pixabay

"Tidak ada bedanya, rokok dan 'vape' karena menimbulkan adiksi akibat kandungan nikotin yang menjadikannya ketagihan. Pada 'vape' pun ada logam-logam pada saat dilakukan pembakaran, menimbulkan reaksi kimia yang menyebabkan kandungan nikel dan timbal menjadi lebih tinggi," ujarnya.

Untuk itu, Ajeng mengharapkan adanya usaha pencegahan preventif dari pemerintah untuk membentuk suatu regulasi yang memberi batasan tentang rokok vape yang berlaku sama halnya dengan rokok biasa.

Misalnya, regulasi yang dapat membatasi jumlah kafe khusus pengonsumsi rokok vape jam operasional atau pengunjungnya, agar tidak menimbulkan dampak buruk berkepanjangan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

X