Wacana Vaksin COVID-19 Booster Berbayar, Ahli: Harganya Harus Terjangkau

- Minggu, 29 Januari 2023 | 12:45 WIB
Wacana vaksin booster berbayar. (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)
Wacana vaksin booster berbayar. (ANTARA/M Riezko Bima Elko P)

Pemerintah berencana menetapkan kebijakan vaksin COVID-19 booster berbayar bagi masyarakat non penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Hal ini merupakan salah satu bentuk transisi dari pandemi menuju endemi COVID-19.

Menanggapi wacana tersebut, ahli kesehatan lingkungan dan epidemiolog dari Griffith University Australia dr Dicky Budiman mengatakan, ketika status pandemi sudah dicabut memang kewajiban pemerintah mengurangi vaksin COVID-19 secara gratis. Sebab, vaksinasi gratis saat endemi akan menambah beban anggaran negara.

Baca juga: Boleh Enggak Sih Vaksin Campak dan Booster Dilakukan Bersamaan? Ini Kata Pakar

Oleh karenanya, Dicky mengimbau agar pemerintah menerapkan harga terjangkau bagi masyarakat yang berencana vaksin COVID-19. Pelaksanaan vaksin berbayar juga bisa bekerjasama dengan asuransi swasta.

-
Ilustrasi warga menerima vaksin COVID-19 booster. (ANTARA/Nur Aprilliana Br Sitorus)

"Pertama, peran pemerintah tidak hilang tapi harus memastikan ketersediaan vaksin merata. Kedua, harganya harus ditekan seminimal mungkin untuk memastikan bahwa ini tidak memberatkan publik," ungkap Dicky dalam keterangannya, Minggu (29/1/2023).

Untuk harga vaksin berbayar, Dicky memberikan contoh vaksin mRNA impor tak lebih dari Rp100.000. Sementara vaksin produksi dalam negeri tidak lebih dari Rp50.000.

"Misal vaksin kita Indovac Rp50.000 atau di bawahnya, itu yang harus dilakukan pemerintah untuk meminimalisir dan memastikan harga itu terjangkau oleh masyarakat. Meskipun katakan yang beli orang mampu, tapi kalau terlalu mahal seperti vaksin hepatitis itu akan mengurangi (minat vaksin)," imbuhnya.

Dalam transisi menuju endemi, menurut Dicky sudah menjadi kewajiban pemerintah menetapkan harga vaksin berbayar dengan kemampuan terendah. Penetapan harga vaksin juga harus didasarkan pada kajian.

"Ada juga yang karena (vaksin COVID-19) impor dan sisi teknologi bisa ditetapkan dari harga terendah. Harga vaksin di negara maju US$10 itu sudah mahal, menurut saya harus di bawah itu, mungkin US$5 atau US$7, tergantung kajian," pungkasnya.

Baca juga: Pakar Ingatkan Cukupi Kebutuhan Nutrisi demi Jaga Kekebalan Tubuh Usai Divaksin

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengisyaratkan vaksin COVID-19 booster akan berbayar dengan harga berkisar di bawah Rp200.000. Hal ini diungkapkan dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI pada Selasa (24/1/2023) lalu. 

"Vaksin yang lainnya akan kita masukkan vaksinasi rutin seperti vaksinasi influenza. Jadi harganya berkisar antara 5 sampai 10 dolar, itu berkisar masih di bawah 200 ribu. Jadi untuk yang non PBI, masyarakat nanti kita buka untuk membeli vaksinnya sendiri dari apotek-apotek," ujar Menkes Budi.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X