Takut Virus Corona, Muncul Istilah Coronaphobia

- Jumat, 27 Maret 2020 | 12:27 WIB
Ilustrasi cemas berlebih. (Pexels/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi cemas berlebih. (Pexels/Andrea Piacquadio)

Penyebaran virus corona baru di Indonesia terbilang cukup tinggi. Terbukti setiap hari ada kasus baru Covid-19 yang jumlahnya tak sedikit. Tapi di sisi lain, masih banyak masyarakat yang belum terinfeksi virus tersebut dan bisa mencegahnya dengan cara menjaga daya tahan tubuh, melakukan pola hidup bersih dan sehat, serta menjaga jarak sosial.

Namun memang tak bisa dipungkiri virus corona baru membuat mereka yang belum terkena merasa was-was. Pakar hipnoterapi DR. Adi W Gunawan, CCH mengatakan, saat ini muncul coronaphobia yang membuat hampir semua orang cemas, khawatir, takut, dan paranoid terhadap virus corona baru.

Dalam keterangan resminya, ia mengungkapkan telah dihubungi beberapa calon klien yang meminta menjalani sesi terapi karena sedang berada dalam kondisi mendesak.

"Saya tanya, apa masalahnya, ternyata mereka rata-rata mengalami perasaan takut, cemas, yang berakibat pada kondisi pikiran tidak tenang, hati tidak damai, dan sulit tidur. Hampir semua menjawab gangguan emosi muncul sejak ramai diberitakan tentang virus corona atau Covid-19," kata Adi.

-
Ilustrasi Covid-19. (Pexels/Miguel)

Dirinya menambahkan, sampai ada tiga orang calon klien yang mengaku mengalami gejala serupa dengan Covid-19 seperti flu, batuk kering, tenggorokan sakit, dan demam.

Namun, ketika ditanya apakah mereka pernah ke luar rumah, ke tempat ramai, berkumpul bersama teman, bersalaman, atau berdekatan dengan orang yang positif Covid-19 maupun pasien dalam pengawasan, semuanya menjawab tidak. Para calon klien itu mengaku sudah dua minggu lebih hanya melakukan kegiatan dari rumah.

Adi mengatakan, calon klien rutin membaca informasi seputar Covid-19. Baik dari media massa, media sosial, dan aplikasi pesan seperti WhatsApp serta Telegram.

Menurutnya, inilah yang menjadi akar permasalahan munculnya coronaphobia. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menghindari hal tersebut 

-
Ilustrasi sakit. (Pexels/Andrea Piacquadio)

"Pertama, berhenti total membaca atau mencari informasi dan meneruskan informasi terkait Covid-19 minimal selama dua minggu.  Tidak ada gunanya untuk hidup dengan mengetahui sudah berapa banyak orang yang terkena Covid-19, berapa yang meninggal, dan berapa yang sembuh. Kedua, lebih banyak melakukan kegiatan positif yang membuat pikiran dan perasaan tenang serta bahagia," ucap Adi.

Contoh kegiatan yang bisa dilakukan adalah membaca buku-buku positif, menonton film atau video yang lucu, karaoke, senam atau olahraga, rileksasi atau meditasi, dan berdoa.

Membaca atau menyebarkan informasi terkait Covid-19 malah semakin menguatkan berbagai emosi negatif seperti takut, khawatir, cemas, merasa tidak berdaya, dan lainnya. 

"Sekarang waktunya kita melawan virus corona atau Covid-19 dengan berpikir positif serta merasakan emosi positif, mengirimkan vibrasi positif untuk diri sendiri dan lingkungan, menyebar informasi yang sifatnya meneduhkan, serta menenangkan untuk kebaikan diri sendiri dan bersama," tandas Adi.


Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X