Masalah gizi buruk merupakan salah satu isu dunia yang sampai saat ini masih hangat diperbincangkan.
Dalam beberapa kasus, kondisi gizi buruk sering ditemukan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Secara umum, gizi buruk atau disebut kwashiorkor paling banyak dialami oleh kelompok usia anak-anak dan balita.
Penyebab utama gizi buruk karena kebutuhan zat gizi harian anak tidak tercukupi, terutama kandungan protein.
Hal itu kerap dikaitkan dengan tingkat ekonomi masyarakat dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang nutrisi tumbuh kembang anak.
Kondisi gizi buruk ini sangat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yang cenderung lebih lambat dibanding anak normal seusianya.
Diagnosa Gizi Buruk pada Anak
Untuk mengetahui apakah anak mengalami gizi buruk atau tidak, dapat dinilai berdasarkan pemeriksaan fisik.
Rumus menentukan status gizi anak = Berat Badan (BB) sekarang/BB ideal x 100%, dengan kategori:
- Obesitas: > 120%
- Overweight: 110-120%
- Normal: 90-110%
- Underweight: 70-90%
- Gizi buruk: <70%
Jenis Gizi Buruk pada Anak
Menurut studi kesehatan, ada beberapa jenis gizi buruk pada anak yang umum ditemui, di antaranya:
1. Kwashiorkor
Penyakit kwashiorkor atau disebut busung lapar merupakan gizi buruk karena kekurangan protein, vitamin, dan mineral.
Anak yang menderita gizi buruk jenis kwashiorkor ini biasanya cenderung rentan terkena infeksi.
Adapun ciri-ciri tubuh penderita jenis gizi buruk kwashiorkor, antara lain:
- Seluruh tubuh tampak lebih gemuk karena terdapat edema (bengkak)
- Apabila bengkak tersebut ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang
- Wajah bulat dan sembab (moon face)
- Timbul ruam berwarna merah muda meluas (crazy pavement dermatosis)
- Nafsu makan menurun
- Rambut menipis, berwarna merah seperti rambut jagung, dan mudah rontok
- Perut buncit, punggung kaki dan tangan bengkak
- Sering rewel dan banyak menangis
2. Marasmus
Jenis gizi buruk marasmus disebabkan karena tubuh kekurangan karbohidrat, kalori, dan protein.
Penyakit marasmus sering ditemukan di kawasan negara Afrika dan wilayah konflik menyebabkan kelaparan akut.