Antisipasi Penyebaran Subvarian COVID-19, Epidemiolog Dorong Vaksinasi Booster Digencarkan

- Selasa, 19 Juli 2022 | 17:15 WIB
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis penguat (booster) kepada warga di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis penguat (booster) kepada warga di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

Pemerintah terus mengantisipasi penyebaran subvarian COVID-19 dengan terus menggencarkan vaksinasi dosis-3 atau booster. Saat ini vaksin booster bahkan telah menjadi syarat untuk mobilitas masyarakat.

Sejalan dengan itu, Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono menyebut bahwa vaksinasi COVID-19 memang seharusnya sampai dosis ketiga atau booster. Pasalnya, vaksinasi dosis satu dan dua hanya memberikan imunitas jangka pendek.

"Menurut saya, dosis lengkap pemberian vaksinasi harusnya sampai booster, bukan dua kali. Vaksinasi COVID-19 itu memberikan imunitas yang jangka pendek. Jangka pendek itu imunitasnya akan terbentuk 1-3 tahun," tegas Yunis kepada wartawan, Selasa (19/7/2022).

Yunis juga menyebut vaksinasi memang tidak dapat mencegah infeksi, tetapi bisa menurunkan tingkat keparahan penderita COVID-19 sehingga tidak perlu dirawat di rumah sakit. Di mana hal itu akan menurunkan bed occupancy rate (BOR).

"Jadi, booster itu, atau vaksinasi, gunanya untuk mengurangi tingkat keparahan. Jadi orang-orang yang sudah divaksinasi tidak akan parah. Jadi itu akan menurunkan tingkat hunian rumah sakit," tuturnya.

Oleh karena itu, dia turut menyarankan agar semua pihak mengetatkan kembali protokol kesehatan. Sehingga penularan COVID-19 di Tanah Air dapat ditekan.

"Sementara saat ini masyarakat sudah mulai meninggalkan protokol kesehatan. Pemerintah harus siap siaga meningkatkan kembali protokol kesehatan," ungkapnya.

Sebelumnya diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan belum terdapat tren kenaikan kasus yang signifikan di luar Jawa-Bali.

Baca juga: Meski Kasus Naik, Pakar Sebut Vaksin Booster Belum Diperlukan untuk Anak, Ini Alasannya

Dari sejumlah 27.550 kasus aktif nasional, proporsi Jawa-Bali sebesar 94,23% atau 25.959 kasus aktif, sedangkan luar Jawa-Bali sebesar 5,77% dari total kasus aktif nasional atau sebanyak 1.591 kasus aktif. Meski begitu, BOR maupun tempat-tempat isolasi masih memadai.

Ketum Partai Golkar itu juga menerangkan percepatan capaian target vaksinasi booster harus terus didorong dengan mewajibkan vaksinasi booster sebagai syarat berbagai mobilitas dan aktivitas masyarakat.

“Terlepas dari adanya sedikit peningkatan kasus konfirmasi harian yang terjadi, namun tingkat BOR (isolasi dan ICU) di seluruh provinsi masih dalam tingkat yang aman, secara nasional BOR di kisaran 4%," ujar Airlangga Hartarto.

 

Artikel Menarik Lainnya

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X