Cerita Dokter Tirta Soal Cewek Pasien Kejiwaan: Sakit Jiwa Itu Bukan Aib, Bukan Tertawaan!

- Kamis, 6 Januari 2022 | 17:09 WIB
Dokter Tirta menceritakan tentang pasien gangguan kejiwaan semasa koas di RSUP dr Sardjito, Jogja. (Foto: YouTube Tirta PengPengPeng)
Dokter Tirta menceritakan tentang pasien gangguan kejiwaan semasa koas di RSUP dr Sardjito, Jogja. (Foto: YouTube Tirta PengPengPeng)

Selama ini, penyakit mental atau penyakit jiwa barangkali kerap dianggap sebagai aib atau sesuatu yang memalukan jika menyerang anggota keluarga. 

Mirisnya lagi, jika penyakit itu menyerang orang lain, banyak orang yang justru menjadikan sang penderita sebagai bahan tertawaan, atau bahkan bahan untuk digoda dan diganggu.

Anggapan atau "kebiasaan" itu harus segera diakhiri. Sebab, kesehatan mental tidak kalah pentingnya dibanding kesehatan fisik, bahkan seringkali jauh lebih penting.

Mengenai kesehatan jiwa, dr Tirta Mandira Hudhi memiliki pengalaman yang tak terlupakan saat ia koas kejiwaan di RSUP dr Sardjito, yang berada di sebelah barat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan di sebelah selatan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, beberapa tahun silam.

Waktu itu, ia menangani pasien kejiwaan yang baru masuk, yaitu seorang gadis muda berusia 18 tahun, yang mengalami gangguan kejiwaan akibat perundungan (bullying) di sekolah, usai menolak pernyataan cinta kakak kelasnya.

"Ada pasien baru. Cewek. Teriak-teriak sendiri. Masih muda. Usia 18 tahun. Dia kalau pakai baju dirobek-robek, gak mau makan. Gak mau minum. Gak mau ngerawat dirinya. Saya tanya ke perawat. Ternyata di-bully di sekolah," cerita Tirta, seperti disimak Indozone pada tayangan di kanal YouTube Tirta PengPengPeng.

Sedihnya, saat mengadu ke orang tuanya, gadis tersebut malah dikira kesurupan alih-alih mendapat pengertian.

"Di-bully, di-bully, di-bully terus, ngaduin ke orang tuanya. Sama orang tuanya malah dianggap kesurupan. Terus dia mulai ada gangguan, dia merasa dirinya kotor. Jadi dia kalau dikasih baju gak mau," lanjut Tirta.

Gadis tersebut akhirnya mau pakai baju setelah sebulan mendapat perawatan. 

"Itu akhirnya butuh sebulan, sampai akhrnya dia mau pakai baju dan mau makan. Setelah itu dipindahkan, dirawat khusus sama dokter kejiwaan dan mulai membaik," kenang Tirta.

Tirta pun mengingatkan publik bahwa penyakit mental tidak boleh dipandang sebagai aib yang memalukan.

"Banyak keluarga yang menganggap kalau sakit kejiwaan itu aib. Saya jadi sedih. Seperti di Magelang, banyak pasien ditaruh di rumah sakit jiwa tapi keluarganya gak mau datang. Penyakit kejiwaan itu bukan aib, bukan (bahan) tertawaan, bukan sesuatu yang jadi bahan candaan 'Orang gila' (sambil tepuk tangan). Enggak, Bos. Karena bisa jadi aku atau kamu juga mengalami hal itu juga," tandasnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X