Stigma negatif menjadi tantangan utama dalam meliterasi masyarakat terkait memahami kesehatan mental. Stigma negatif yang dimaksud berkaitan dengan melabeli orang yang mengalami masalah mental sebagai orang "gila".
Padahal, pengetahuan mengenai kesehatan mental perlu dipahami oleh masyarakat untuk mencegah perilaku diskriminatif terhadap pasien kesehatan mental.
"Istilah-istilah tersebut sering dialamatkan kepada penderita gangguan jiwa. Stigma negatif itu ditempelkan sebagai hal yang menggambarkan kegilaan dan membuat itu (pemahaman kesehatan mental) menjadi sesuatu tabu, tidak baik untuk dibicarakan," kata Ahli Madya Epidemiologi Kesehatan di Direktorat Kesehatan Jiwa Kemenkes dr Edduwar Idul Riyadi Sp.KJ, dikutip dari Antara, Rabu (12/10/2022).
"Tidak sedikit akhirnya masyarakat menjadi diskriminatif terhadap orang yang mengalami gangguan jiwa," sambungnya.
Baca juga: Idap Gangguan BPD, Ariel Tatum Peringati Hari Kesehatan Mental Dunia: Kalian Tidak Sendiri
Edduwar berharap tantangan stigma negatif tersebut bisa berkurang seiring dengan mulai terbukanya akses informasi dari berbagai saluran digital yang memberikan edukasi terkait kesehatan mental.
Menurutnya, saat ini anak-anak muda lebih antusias dan semangat memahami masalah kesehatan mental. Banyak anak muda yang kini tidak lagi memandang kesehatan mental adalah hal yang tabu.
Baca juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Untuk Gen-Z dan Millennial, Gak Ribet
Ke depannya, masyarakat diharapkan paham bahwa merawat kesehatan mental sama pentingnya seperti merawat fisik.
"Masalah kesehatan jiwa ini memang harus banyak disuarakan karena masalah kesehatan jiwa bukanlah sesuatu yang tabu atau merupakan kutukan," kata Edduwar.
