Benarkah Polusi Udara Dapat Menyebabkan Diabetes?

- Kamis, 1 Agustus 2019 | 10:27 WIB
Tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 154 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. Antara/M Risyal Hidayat
Tingkat polusi udara di Jakarta berada pada angka 154 yang menunjukkan bahwa kualitas udara di Ibu Kota termasuk kategori tidak sehat. Antara/M Risyal Hidayat

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Penyakit diabetes melitus ini diketahui secara luas sebagai penyakit kronis yang diakibatkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Misalnya pola makan tinggi kalori hingga menyebabkan kelebihan berat badan, atau hidup terlalu pasif dan minim aktivitas fisik.

Namun tahukah kamu, ada fakta dimana sebuah studi baru dari China menunjukkan bahwa polusi udara dapat menyebabkan diabetes. Kok bisa? Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa peningkatan kesejahteraan telah membawa perubahan pola makan dan gaya hidup. Ditambah lagi dengan adanya polusi udara, ini bisa menyebabkan lebih dari satu juta kematian prematur setiap tahunnya. 

Seperti yang telah dibeberkan oleh Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat serta Badan Kesehatan Dunia (WHO), tingkat polusi udara saat ini telah berada jauh dari standar aman. Bahkan, berdasarkan jurnal yang diterbitkan oleh Lancet Planetary Health, kadar polusi udara yang terlalu tinggi itu dapat meningkatkan penyakit diabetes.

Risiko diabetes meningkat 16 persen per kenaikan 10 mikrogram per meter kubik, hal ini diungkapkan oleh peneliti di rumah sakit Fuwai di Beijing dan Univeristas Emory di AS dalam studi yang dipublikasikan online di Environtment International. 

Sementara penelitian serupa yang meneliti data dari 1,7 juta veteran di Amerika Serikat menunjukkan hal yang sama. Mereka yang terpapar 5—10 mikrogram polusi per kubik meter udara, 21% berisiko diabetes. Sedangkan mereka yang terpapar konsentrasi lebih tinggi 11,9-13,6 mikrogram per kubik meter, 24% berisiko diabetes.

Kini para ilmuwan di Washington University School of Medicine melaporkan bahwa polusi udara luar secara langsung berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes.

Korelasi yang ditemukan peneliti begitu kuat, bahkan di daerah yang tingkat polusinya tergolong masih aman. Demikian tertulis dalam rilis para peneliti.

Diabetes telah memengaruhi lebih dari 420 juta orang di seluruh dunia. Indonesia adalah negara ke-7 yang memiliki pasien diabetes terbanyak di dunia.

Estimasi jumlah penderita diabetes mellitus pada usia dewasa di Indonesia cenderung naik dari 866 ribu orang tahun 1980 menjadi 5,5 juta orang pada tahun 2014, pada penderita laki-laki. Tidak jauh berbeda, penderita diabetes perempuan juga mengalami tren peningkatan dari 1,2 juta tahun 1980 naik menjadi 6,2 juta pada tahun 2014.

Polusi udara diyakini dapat mengurangi produksi insulin dan memicu peradangan. Akibatnya tubuh mengalami kesulitan mengubah glukosa darah menjadi energi yang dibutuhkan tubuh.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), kota yang paling tinggi tingkat polusinya adalah New Delhi dengan kandungan PM2,5 dalam udara sebesar 153 mg/m3 yang sudah masuk kategori tidak sehat. Dari data yang dihimpun Greenpeace tahun 2017, wilayah Jakarta dengan status polusi udara paling tinggi ada di Cibubur, Warung Buncit, dan Gandul (Depok) menempati tiga besar tingkat PM 2.5 tertinggi, yaitu 106, 97, dan 84.

Menurut salah satu peneliti, Ziyad Al-Aly, terdapat hubungan yang tak terbantahkan antara diabetes dan polusi udara.

"Banyak kalangan medis berpendapat bahwa tingkat polusi udara saat ini terlalu berbahaya dan wajib diwaspadai. Bukti menunjukkan bahwa sampai saat ini, kondisi tersebut masih belum cukup aman dan perlu diantisipasi secara serius,” ujarnya.

Memperjelas temuan yang ada, peneliti mengatakan bahwa polusi udara ternyata juga dapat memicu berbagai penyakit berbahaya lainnya. Ini karena partikel polusi udara yang berukuran 2,5 mikrometer — 30 kali lebih kecil dari ukuran sehelai rambut manusia — dapat masuk hingga ke aliran darah dan memicu proses peradangan di berbagai organ dalam tubuh.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X