Remaja Rentan Mengalami Depresi, Ini Faktor Penyebabnya

- Selasa, 8 Oktober 2019 | 12:31 WIB
ilustrasi/pexels
ilustrasi/pexels

Sebagian orang menganggap bahwa depresi hanya bisa dialami oleh orang dewasa saja. Ini karena orang dewasa memiliki segudang aktivitas dan pekerjaan yang memaksakan tubuh dan pikiran untuk menjalaninya. Namun ternyata, depresi juga bisa dialami oleh para remaja lho.

Depresi di kalangan remaja disebabkan oleh berbagai macam faktor, diantaranya adalah pubertas dini dan penggunaan media sosial.

-
ilustrasi/pexels

Dilansir dari ANTARA, Pakar Ilmu Sosial, Budaya dan Komunikasi, Dr. Devie Rachmawati, M. Hum., CPR mengatakan bahwa saat ini banyak anak-anak yang bahkan masih duduk di bangku sekolah dasar tapi sudah mengalami depresi.

"Sekarang anak pubertas itu lebih awal. Dulu mungkin baru pas SMP dapat menstruasi pertama, sekarang anak kelas 1 SD sudah ada yang puber. Ini yang menyebabkan remaja perempuan jauh lebih stres dibanding dengan laki-laki," ujar Devie.

Penyebab kedua remaja mengalami depresi di usia belia ialah media sosial. Menurut Devie, penggunaan media sosial yang terlalu sering akan membuat remaja terobsesi untuk mendapatkan perhatian lebih dari orang lain.

-
ilustrasi/pexels

"Banyak anak sekarang yang jadi zombi digital, mereka hadir di sana tanpa tahu esensinya. Mereka sangat tergantung pada validitas sosial, mereka terobsesi untuk dapat liked sebanyak-banyaknya," ujarnya.

Pemicu lainnya yang kerap terjadi ialah dorongan untuk selalu tampil menarik. Para remaja putri percaya bahwa penampilan yang menarik akan membuatnya lebih dihargai orang lain. Inilah yang membuat mereka terus berusaha membuat tampilannya semakin menarik.

-
ilustrasi/pexels

"Akhirnya mereka sibuk untuk tampil dengan casing terbaik daripada bersaing dengan temannya. Semakin sering melihat sosial media akan jadi membandingkan diri dengan orang lain.Tapi akhirnya memang ada dua efek yakni bertarung untuk menjadi lebih baik atau mengelabui publik," ucap Devie.

Devie menuturkan bahwa depresi adalah gangguan penyakit terbesar ketiga di dunia yang dapat menyebabkan kematian. Oleh sebab itulah, para remaja harus selalu diajak bertukar pikiran dan selalu mendengarkan semua keluh kesahnya.

"Anak-anak kita tidak bisa sendirian, mereka perlu dibantu karena generasi sekarang lebih senang dengan orang yang sama pemikirannya dengan mereka," ungkap Devie.

 

-
ilustrasi/pexels

Melihat kenyataan ini, Devie menyarankan kepada para orang tua untuk selalu memberikan bimbingan dan perhatiannya kepada anak. Dengan begini, anak-anak tak akan merasa sendirian. Menurut Devie, perasaan kesepian menjadi salah satu faktor seseorang melakukan hal-hal yang fatal seperti bunuh diri.

"Kalau Anda merasa sendirian yang terjadi adalah hal tadi kabur atau bunuh diri yang menjadi opsi saat ini. Sekarang tidak perlu menjadi broken home dulu untuk jadi broken heart. Itu yang perlu dipahami dan tidak semua anak yang broken home lebih rentan," tuturnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X