China telah mengungkapkan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa selama sebulan terakhir kasus COVID-19 capai 60.000 kematian.
Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dengan direktur Komisi Kesehatan Nasional China, Ma Xiaowei pada Sabtu (14/1/2023).
Baca juga: Jelang Imlek, Bakal Ada Syarat Khusus Bagi Wisatawan Asal China Masuk ke Indonesia?
Dalam perbincangan tersebut, Ma Xiaowei memberikan data tentang jumlah rawat inap dan pasien yang membutuhkan perawatan kritis di China.
WHO sendiri tengah menganalisis informasi untuk memahami dampak gelombang COVID-19 dan data yang dilaporkan menunjukkan penurunan jumlah kasus dan rawat inap.
Sebanyak 60.000 kasus yang dilaporkan China kepada WHO, sebanyak 5.503 kematian akibat gagal napas yang disebabkan oleh COVID-19 dan 54.435 kematian akibat penyakit lain yang digabungkan dengan COVID-19 sejak 8 Desember 2022.
Baca juga: Melihat Cantiknya Pantjoran PIK, Tempat Kulineran ala Kampung China di Pinggiran Jakarta
China berhenti melaporkan data tentang kematian dan infeksi COVID-19 setelah mencabut aturan lockdown awal Desember, meski ada lonjakan kasus pada bulan Oktober.
Dilansir AP, rumah sakit di Beijing di seluruh negeri telah kewalahan dengan pasien, dan rumah duka serta krematorium telah berjuang untuk menangani orang mati.