Pakar Was-Was, Omicron Mungkin Bukan Varian Terakhir, Bakal Muncul yang Lebih Ganas?

- Minggu, 27 Februari 2022 | 08:25 WIB
Ilustrasi penelitian COVID-19 (Unsplash/dmphoto)
Ilustrasi penelitian COVID-19 (Unsplash/dmphoto)

COVID-19 varian Omicron diketahui menjadi yang paling membahayakan untuk saat ini. Varian ini disebutkan menular 4 kali lebih cepat dari Delta dan memiliki gejala yang sulit dideteksi karena menyerupai flu biasa. 

Namun akankah ada varian lain yang muncul dan lebih ganas dari Omicron?

Mengutip dari Newsweek,Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus SARS-CoV-2 masih akan terus berevolusi. Para ahli memperingatkan COVID-19 akan terus bermutasi selama masih bisa menyebar.

Baca juga: Waspada! Tak Semua Pasien Omicron Bergelaja Ringan, Hanya Orang dengan Kategori Ini

Bahkan memberantas COVID-19 hingga lenyap dari muka bumi sudah menjadi hal yang tidak mungkin dilakukan. Salah satu contohnya, bisa terlihat pada sub varian dari Omicron yang sudah ada di beberapa negara. Sub varian ini diyakini WHO bukan jadi mutasi yang terakhir.

“Akan selalu ada banyak varian, mikroba mungkin ada lebih lama dari kita sebagai spesies. Mikroba sangat beradaptasi untuk bertahan hidup dan mereka akan terus melakukan itu,” ucap Direktur Program Kesehatan Darurat WHO, Michael Ryan, beberapa waktu lalu. 

Sementara itu, menurut Pakar Epidemiologis dari Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo, cakupan vaksinasi juga tidak menjamin virus bakal melemah. 

Vaksinasi COVID-19 memang jelas menekan risiko gejala berat. Namun, cakupan vaksinasi yang tinggi di satu negara tidak menjamin varian baru Corona dengan gejala lebih berat bisa dicegah.

"Kekhawatiran kita adalah inikah kita tidak tahu karena yang namanya Sars-COV-2 inikah karakteristiknya sering tidak terduga. Kita tahu bahwa Sars-COV-2 ini virus yang sangat mudah bermutasi. Dia selalu muncul varian-varian baru," ujarnya dalam konferensi pers bertajuk 'Mengenal Pelbagai Kombinasi Vaksin COVID-19 dan Sejauh Mana Booster Diperlukan' yang disaksikan virtual, Kamis (24/2/2022).

Lebih lanjut Windhu menjelaskan, selama masih ada negara lain yang cakupan vaksinasinya belum memadai, mutasi virus bakal terus terjadi.

"Kalau masih ada negara-negara lain yang cakupan vaksinasinya sangat jauh di bawah kita, pasti banyak juga yang masih hanya cakupan dua dosisnya 30 persen atau kurang, itu masih banyak.”

"Itu yang kita khawatirkan akan muncul varian-varian baru yang mungkin saja bisa lebih menular meskipun kita harapkan virulensinya lebih rendah, itu membuat kita terus kelabakan. Makanya vaksinasi secara global betul-betul harus luas dan merata," bebernya.

 

Artikel Menarik Lainnya

Omicron Mengintai, Tempat-Tempat Ini Rawan Penularan, Menkominfo: Jangan Anggap Remeh!
Waspada! Orang dengan 2 Kategori Ini Beresiko Tinggi Meninggal Usai Terpapar COVID-19
Kontak Erat dengan Pasien Omicron, Hari ke Berapa Gejala Bakal Muncul jika Tertular?

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Hindari 4 Makanan ini Saat Kamu Anemia!

Selasa, 23 April 2024 | 16:00 WIB
X