Kabar Baik! Pakar Sebut Cepatnya Penularan Omicron Diikuti Penurunan Kasus, Ini Sebabnya

- Sabtu, 26 Februari 2022 | 08:35 WIB
Ilustrasi COVID-19 varian Omicron (Pixabay/golibtolibov)
Ilustrasi COVID-19 varian Omicron (Pixabay/golibtolibov)

Infeksi COVID-19 varian Omicron disebut 4 kali lebih cepat menular dibanding varian Delta. Hal ini tentu membuat kekhawatiran masyarakat. Pasalnya selain penularannya yang cepat, gejala Omicron juga sulit terdeteksi karena sangat mirip flu biasa.

Meski begitu, pakar membawa kabar baik mengenai infeksi BA.2 Omicron. Di mana menurut Juru bicara Satgas COVID-19 dari RS Universitas Sebelas Maret (UNS), dr. Tonang Dwi Ardiyanto Sp PK., PhD, cepatnya penularan Omicron diikuti penurunan kasus yang cepat pula.

"Walaupun angka penularannya cepat, namun angka perawatan pasien di rumah sakit masih signifikan di bawah gelombang Delta Juli 2021 lalu,” ujarnya, seperti yang dikutip Indozone dari ANTARA, Sabtu (26/2/2022).

dr. Tonang menjelaskan selama dua tahun belakangan ini, para ahli kesehatan sudah lebih memahami pola-pola dan karakteristik penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 tersebut.

Baca juga: Waspada! Orang dengan 2 Kategori Ini Beresiko Tinggi Meninggal Usai Terpapar COVID-19

Mereka yakin meski penularan varian Omicron lebih cepat dari Delta, tapi ada harapan puncak Omicron juga akan lebih cepat melandai tanpa harus banyak pasien yang dirawat maupun menelan korban jiwa.

Menurutnya subvarian Omicron BA.1 memiliki karakteristik cepat berkembang di saluran pernapasan, namun lambat berkembang di paru-paru.

"Inilah yang kita duga menjadi salah satu faktor gejala yang dialami pasien terinfeksi Omicron cenderung lebih ringan dari pada varian Delta. Tapi kita patut khawatir dengan subvarian Omicron BA.2 yang kemampuan berkembang di paru-paru bisa mendekati kemampuan Delta," sambungnya.

Lebih lanjut, dr. Tonang juga membeberkan rata-rata derajat keparahan penyakit pada pasien terinfeksi Omicron lebih ringan daripada varian Delta tahun lalu.

Namun begitu, dia berharap dengan banyaknya yang mendapat kekebalan alami dari infeksi dan juga makin banyaknya yang mendapatkan vaksinasi, varian virus ini tidak akan berkembang lebih jauh.

"Saya yang termasuk mempercayai apabila varian baru mendominasi maka pelan-pelan varian sebelumnya berkurang. Tapi sebenarnya kita tidak perlu terjebak dengan Omicron dan Delta karena semuanya sama-sama virus COVID-19. Hanya saja semua varian virus ini berisiko membuat pasiennya bergejala berat.”

“Perkara Omicron atau bukan itu kepentingannya untuk epidemiologis, agar bisa memetakan dan melihat tren ke depan. Tapi bagi masyarakat, apapun varian COVID-19 yang menginfeksinya, cara penanganannya sama," paparnya.

Selain itu, dr. Tonang menambahkan ada perbandingan kasus kematian periode Omicron dengan Delta yang juga berbeda secara signifikan. 

Di mana menurutnya untuk wilayah Jakarta, apabila diambil rata-rata kasus mingguan maka puncaknya terjadi 10 Februari lalu, lalu diikuti penurunan angka kematian pada 20 Februari.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Rekomendasi Makanan yang Menyehatkan Ginjal

Sabtu, 20 April 2024 | 09:05 WIB

10 Jenis Makanan yang Harus Dihindari Saat Migrain

Sabtu, 20 April 2024 | 08:30 WIB
X