Kasus Omicron Melonjak di Indonesia, Jangan Panik Hadapi Gelombang Ketiga Pandemi

- Sabtu, 29 Januari 2022 | 14:44 WIB
lustrasi Covid-19 varian Omicron. (Foto/DW.com)
lustrasi Covid-19 varian Omicron. (Foto/DW.com)

Sejak diumumkan temuan lima pasien varian omicron yang pertama pada 16 Desember 2021 hingga menjelang akhir Januari 2022, kasus varian baru COVID-19 di Indonesia terus melonjak, setelah sempat melandai pascagelombang kedua pada Juni-Juli 2021.

Tercatat hingga Rabu (26/1) jumlah penderita varian omicron di Indonesia mencapai 1.988 pasien, sementara jumlah kasus harian nasional COVID-19 mencapai 9.905 kasus hingga Jumat (28/1/2022).

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memperkirakan jumlah kasus akan terus meningkat, bahkan mencapai puncaknya pada Februari hingga awal Maret 2022, tentunya dengan penyumbang terbesar varian omicron.

DKI Jakarta menjadi penyumbang tambahan kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 terbanyak, mencapai 4.558 orang hingga Jumat (28/1) pukul 12.00 WIB.

Fakta itu sangat wajar karena Jakarta sebagai pusat bisnis dan politik dengan mobilitas warga yang begitu tinggi, sehingga memungkinkan virus cepat menyebar.

Terlebih lagi, varian omicron, berdasarkan data para ahli, memiliki tingkat penularan yang sangat cepat hingga lima kali lipat dari varian-varian sebelumnya.

Bukan hanya di Indonesia, sejumlah negara juga mencatatkan kenaikan kasus positif yang signifikan karena omicron.

Menurut Juru Bicara Nasional Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, setidaknya sudah 150 negara yang memiliki kasus omicron dengan lebih dari 500.000 kasus terdeteksi.

Tercatat enam negara masuk ke dalam 10 besar negara terbanyak kasus positif, berkisar antara 3.000-160.000 kasus, yaitu Italia mengalami peningkatan kasus 122 kali lipat menjadi 1,3 juta kasus per pekan.

Disusul Australia dengan kenaikan kasus 62 kali lipat menjadi 760.000 kasus per minggu, Prancis naik 43 kali lipat menjadi 2.000.000 kasus per minggu, Kanada naik 18 kali lipat menjadi 320.000 kasus per minggu.

Amerika Serikat naik 11 kali lipat menjadi 5,6 juta per minggu dan Inggris naik dua kali lipat menjadi 700.000 kasus per pekan.

Peningkatan kasus yang signifikan tersebut diharapkan tidak menimbulkan kepanikan masyarakat, karena pemerintah sudah menyiapkan berbagai strategi penanganan serta berkaca dari pengalaman menghadapi gelombang satu dan dua pandemi COVID-19.

Gejala

Pernyataan Menkes Budi Gunadi agar masyarakat tidak panik tentunya beralasan. Meski kasus meningkat, namun dari kasus-kasus positif yang tercatat dan dirawat di rumah sakit menunjukkan gejala yang ringan.

Seperti yang dilansir Antara, Menurut Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Prof DR Sulianti Saroso Jakarta Mohammad Syahril, yang harus dipahami tentang varian omicron adalah penularannya yang sangat cepat, bergejala ringan, namun dapat menghindari antibodi yang terbentuk.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X