Demi memperingati 10 tahun kematian sang ayah yakni Kim Jong Il yang dulunya mantan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un melarang warganya tak tertawa selama 11 hari.
Warga disebut harus menunjukkan suasana khidmat dan tidak boleh terlibat dalam kegiatan rekreasi. Terkait hal ini, apakah berdampak buruk pada kesehatan?
"Dulu banyak orang yang kedapatan minum atau mabuk selama masa berkabung ditangkap dan diperlakukan sebagai penjahat ideologis. Mereka dibawa pergi dan tidak pernah terlihat lagi," kata seorang penduduk kota perbatasan Sinuiju di timur laut seberang Sungai Yalu dari Dandong China kepada Radio Free Asia (RFA) dan dikutip Jumat (17/12/2021).
Seperti yang Indozone kutip dari Mayo Clinic, tertawa sendiri sangat berdampak baik bagi kehidupan, salah satunya meredakan stres. Pada saat tertawa, tubuh akan mengeluarkan hormon endorfin yang berfungsi mengurangi rasa sakit serta memicu perasaan positif.
"Tertawa meningkatkan asupan udara yang kaya oksigen, merangsang jantung, paru-paru dan otot, serta meningkatkan endorfin yang dilepaskan oleh otak Anda," tulis Mayo Clinic.
Maka dari itu, dengan menghilangkan tertawa selama beberapa hari untuk memperingati kematian Kim Jong Il, ini artinya pemerintah telah menghilangkan obat pereda stres. Bila terus-terus tak boleh tertawa, maka dampaknya bisa mengganggu kesehatan jiwa.
Jika stres sudah menumpuk, maka bisa menimbulkan gejala emosi mulai dari mudah marah, kerap merasa kewalahan, pikiran tidak tenang, hingga depresi.
Dalam beberapa kasus, stres dengan waktu yang panjang juga bisa menimbulkan gejala fisik mulai dari tekanan darah tinggi, nyeri, sakit kepala, hingga lemas. So, tertawalah sebelum tertawa itu dilarang!
