LEGO memperkenalkan batu bata Braille untuk membantu anak-anak tunanetra.
Menurut Phillipe Chazal, Bendahara dari Persatuan Uni Eropa Tunanetra, anak-anak yang lahir tanpa penglihatan dapat mempelajari Braille.
Komputer dan teknologi modern memungkinkan orang tunanetra untuk bertahan hidup tanpa belajar sistem membaca taktil yang diperkenalkan pada tahun 1824.
Meskipun fakta penelitian telah menunjukkan orang-orang tunanetra yang belajar Braille bisa menjadi lebih sukses dalam hidup.
Dan sekarang setelah bertahun-tahun, asosiasi para pembuat LEGO untuk tunanetra membantu produsen mainan Denmark, menggunakan kekuatan mereka untuk kebaikan semua orang tunanetra.
Sejujurnya, batu bata Braille yang diluncurkan oleh LEGO sempurna untuk mempelajari Braille.
Setiap bata 8x8 dapat dengan mudah dikonversi dan belajar di mana huruf Braille muncul. Dan itulah yang dilakukan LEGO dengan proyek percontohan baru mereka: LEGO Batu Bata Braille.
Setiap set Batu Bata Braille berisi 250 batu bata yang merentang seluruh huruf Braille, angka 1 hingga 9 dan bahkan beberapa simbol matematika, karena Braille harus mengajari anak-anak bahasa matematika serta bahasa Inggris.
Selain itu, anak-anak yang melihat juga bisa belajar Braille dengan bantuan huruf dan angka yang dicetak pada setiap batu bata.
Ini adalah proyek yang sangat penting bagi Direktur Seni Senior Grup LEGO, Morten Bonde.
Terlahir dengan kelainan mata genetik, ia perlahan-lahan kehilangan penglihatannya dan pada akhirnya akan menjadi benar-benar buta.
"Melihat reaksi dari siswa dan guru terhadap LEGO Batu Bata Braille sangat menginspirasi dan mengingatkan saya bahwa satu-satunya batasan yang akan saya temui dalam hidup adalah pikiran yang saya buat." kata Bonde.
