Populasi merpati di Mesir sangat membludak. Saking banyaknya, merpati tanpa pemilik sering kali hanya menjadi hama yang merugikan. Memelihara merpati sudah menjadi budaya di Kairo dan kota-kota lainnya di Mesir. Tidak hanya sekadar unggas peliharaan, merpati kerap dimanfaatkan sebagai sumber protein yang lezat.
Jika di Indonesia merpati hanya menjadi unggas yang diadu untuk melihat kecepatan dan ketepatan saat mendarat. Di Mesir, merpati diolah menjadi hidangan masakan sebagai sumber protein yang lezat.
Warga Mesir yang memelihara merpati selalu memberinya makan dengan biji-bijian atau bubur yang disebut susu tanaman. Dengan rutin memberi makan, merpati-merpati yang dipelihara pun memiliki ukuran yang gemuk. Merpati yang gemuk itu sangat cocok diolah menjadi hidangan yang bernama hamam mahshi.
Hamam mahshi merupakan hidangan masakan yang terbuat dari merpati yang diisi dengan nasi campuran rempah-rempah dan kacang-kacangan, lalu dipanggang hingga matang.
Sebelum membuat hamam mahshi, merpati terlebih dahulu dimarinasi dengan bumbu asin. Setelah itu, daging merpati diisi dengan nasi atau kacang-kacangan yang dipanggang, bawang, kayu manis, jintan, merica dan jeroan ayam yang telah dicincang-cincang. Perut merpati kemudian ditutup dan siap untuk dipanggang sampai matang.
Bagi masyarakat tradisional, hamam mahshi merupakan hidangan khusus yang disajikan di waktu tertentu, misalnya pada bulan Ramadan. Namun di restoran-restoran besar, sangat mudah menemukan hamam mahshi, bahkan tidak saat bulan Ramadan sekalipun.
