Kota Batu, Jawa Timur, enggak hanya memiliki buah apel saja. Kini, para petani di Kota Batu juga mulai banyak yang mengembangkan buah jeruk. Salah satu jenis jeruk yang tengah dikembangkan merupakan jeruk jenis langka. Orang menyebutnya Jeruk Jari Buddha.
Ya! Jeruk Jari Buddha. Jeruk dengan nama latin citrus medica var sarcodactylis ini, memang bentuknya bukan bulat atau lonjong seperti bentuk kebanyakan jeruk. Namun justru menyerupai jari manusia. Meski ada juga yang menyebutnya Jeruk Kuku Macan.
Jeruk unik ini berasal dari Asia khususnya kawasan Asia Timur seperti Jepang, Korea, dan Tiongkok. Karena bentuknya menyerupai gestur jari Buddha atau mudra, dari situlah nama jeruk ini berasal. Apalagi kebanyakan warga Asia Timur juga pemeluk agama Buddha.
Walaupun populer di Asia Timur, namun sebenarnya si jari kuning ini berasal dari India. Sekitar abad ke-4, pohon Jeruk Jari Buddha dibawa oleh para biksu Buddha dari India ke Tiongkok dan akhirnya semakin dikenal luas di kawasan Asia Timur hingga ke berbagai penjuru dunia.
Di negeri matahari terbit, Jepang, jeruk yang dikenal dengan sebutan bushukan ini sering dijadikan hadiah oleh masyarakat Jepang, khususnya pada momen perayaan tahun baru. Masyarakat Jepang yakin, jeruk ini bisa memberi keberuntungan pada setiap rumah tangga.
Sementara di Tiongkok, jeruk yang dikenal dengan sebutan fo-shou ini melambangkan kebahagiaan dan umur panjang. Karena itu pula jeruk ini sering dijadikan sebagai pajangan di rumah-rumah warga maupun di banyak kuil.
Meskipun bentuknya enggak lazim, Jeruk Jari Buddha bisa diolah menjadi berbagai macam menu seperti manisan, selai, salad, permen, sirup, hingga bumbu dapur. Uniknya lagi, aroma wangi dari jeruk ini juga dapat dijadikan sebagai pengharum ruangan.
Sedangkan dari sisi kesehatan, buah jeruk ini juga berkhasiat untuk mengatasi gangguan pencernaan, menurunkan tekanan darah, mengurangi peradangan, mengatasi penyakit pernapasan, dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus Covid-19.
Di Kota Batu, jeruk ini adalah hasil budidaya petani di Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji. Diawali dari hanya lima pohon, kini sudah berkembang cukup banyak. Meski bentuknya unik tapi rasanya masih seperti jeruk yang lain. Di pasaran, rata-rata harganya Rp65 ribu per biji.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.
