Berburu kuliner tengah malam di Ponorogo memang tidak mudah. Namun bukan berarti tidak ada. Salah satunya adalah sego kering atau disingkat seker.
Sego Kering Bu Margono bisa kamu datangi kalau ke Ponorogo. Letaknya di Jalan Gajahmada, Kelurahan Bangunsari. Kuliner satu ini sangat sederhana, isinya nasi ditambah tempe kering, mie goreng dan sambal tomat.
Walaupun sederhana, banyak warga Bumi Reog berburu Seker Bu Margono. Padahal jam bukanya sekitar pukul 22.00-02.00 WIB. Bisa juga tutup lebih awal sekitar pukul 24.00 dini hari.
Warung Seker Bu Margono sendiri ada dua versi. Pertama adalah mereka yang ingin makan langsung dari dapurnya dan gorengan langsung diangkat dari kompor bisa memilih di belakang.
Pembeli harus melewati gang sempit untuk bisa mencapai dapur Bu Margono. Sepeda motor harus diparkirkan di pinggir jalan raya besar. Suasananya sedikit gelap, dari jalan raya jalannya tidak terlalu jauh.
Kendati demikian, ketika sudah disajikan nasi kering Bu Margono begitu menggoda. Kering tempenya cenderung pedas, kemudian mie nya juga gurih. Pun sambel tomatnya membikin ketagihan. Satu bungkus dirasa tak cukup.
Belum lagi, lauk gorengan seperti tempe goreng, pia-pia goreng alias bakwan goreng juga menggoda. Jika beruntung, gorengannya masih panas baru terangkat dari atas kompor.
Baca juga: Nasi Bulgodang, Kuliner Unik dari Ponorogo Seporsi Cuma Rp3.500 Saja!
Warung Bu Margono versi kedua tepat di pinggir Jalan Gajah Mada. Warung kedua ini memang diperuntukkan mereka yang malas untuk ke dapur. Menunya sama, nasi kering dan gorengan. Bedanya hanya gorengan yang tidak langsung diangkat dari kompor.
Untuk mendapatkan kuliner tengah malam ini cukup murah. Satu bungkus dihargai Rp5 ribu per bungkus. Untuk gorengannya adalah Rp1 ribu per biji.
“Kalau saya milih ke dalam. Soalnya langsung diangkat dari kompor,” ujar salah satu pelanggan Sego Kering Bu Margono, Gibran.
Sementara itu pemilik warung, Bu Margono sudah berjualan selama 18 tahun. Awalnya adalah warung kopi, tetapi kemudian banyak yang menyukai nasi kering.
“Terus waktu itu puasa kan. Bukanya malah malam sampai sekarang ini,” kata Bu Margono.
Dia mengaku tidak bisa memastikan berapa bungkus nasi yang terjual. Hanya saja, dia selalu dua kali masak nasi. Satu kali masak menghabiskan 10 kilogram beras.
