Hadapi Rasisme, Luar Biasa Perjuangan Eka Pratama Jadi Kepala Chef di Resto Burj Khalifa

- Rabu, 16 Maret 2022 | 16:56 WIB
Kepala Chef Atmosphere Eka Pratama (tengah) memantau pekerjaan koki di restoran Atmosphere, Dubai, Uni Emirat Arab, Senin (14/3/2022). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/tom)
Kepala Chef Atmosphere Eka Pratama (tengah) memantau pekerjaan koki di restoran Atmosphere, Dubai, Uni Emirat Arab, Senin (14/3/2022). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/tom)

Perjuangan Eka Pratama, pria asal Bandung untuk menjadi kepala Chef di restoran terbaik di duniaAtmosphere Burj Khalifa, Dubai tidak lah mudah.

Untuk menjabat executive chef atau kepala chef, seorang chef, terutama dari Asia, harus melalui perjalanan panjang setidaknya 20 hingga 30 tahun pengalaman bekerja.

Belum lagi rasisme di lingkungan kerjanya yang begitu kental. Kepala chef biasanya didominasi oleh orang-orang dari Eropa.

Eka hanya butuh waktu lima tahun. Ia mendobrak tembok rasisme terhadap orang Asia terutama Indonesia untuk menjadi pemimpin.

"Saya itu growth based on racism. Setelah bisa bahasa Inggris, saya mulai talkative. Kenapa sih banyak orang asing muda sudah promosi, saya tanya bagaimana mereka di usia 23 tahun sudah bisa dapat promosi," ujar Eka Pratama seperti yang dilansir Antara, Rabu (16/3/2022).

Baca juga: Cerita Eka Pratama, Orang Asia Pertama yang jadi Kepala Chef di Restoran Terbaik di Dubai

Namun, Eka tidak meratapi dirinya dengan kondisi tersebut. Ia justru terus mengukir kemampuannya dengan mengikuti berbagai kompetisi hingga namanya pelan-pelan berkibar.

-
Restoran Atmosphere Burj Khalifa, di gedung tertinggi di dunia. (Foto/timeoutdubai)

 

Saat muncul pertanyaan kenapa orang asing kebanyakan dari Eropa dan Amerika bisa cepat promosi, Eka mendapati jawaban karena keunggulan mereka berasal dari mana bukan karena kemampuannya. Baginya itu menyakitkan.

"Mostly, jawabannya sama, kata mereka kalau kamu tidak punya skill seperti saya, atau tidak punya passport seperti saya, forget it. Well, i think itu, kata-kata yang sampai sekarang saya masih ingat. At the same point, itu benar, at some point, it hurts," katanya.

Pada tahun 2013, ia sempat pindah ke Kuwait untuk menjadi kepala restoran. Ia hanya bertahan 1,5 tahun di sana.

Kembali ke Dubai, Eka langsung menorehkan karier pertamanya sebagai kepala chef di sebuah restoran mewah, Bateaux Dubai.

Meskipun saat itu namanya sudah mulai dikenal, ia harus melalui rangkaian tes yang panjang, hanya karena dia bukan berasal dari Eropa.

"Waktu itu saya diinterview, mereka ragunya banyak. Kalau bule mungkin hanya disuruh coba masak 3 sampai 4 dishes, sudah. Dulu saya diminta masak 24 dishes. Jadi saya test food selama satu minggu karena mereka butuh make sure, ini pertama kalinya orang Indonesia dites untuk menjadi kepala chef," ungkapnya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Resep Tape Ketan Manis Anti Gagal

Kamis, 18 April 2024 | 08:15 WIB
X