Sate lilit merupakan makanan khas Bali yang sudah mendunia. Umumnya bahan utama sate lilit menggunakan daging ayam, ikan atau babi. Namun di tangan Nengah Rambit sate lilit ini dibuat dari daging ikan marlin. Ia sudah menggeluti usaha sate lilit ikannya sejak 1994.
Sebelum berjualan di Jalan Tukad Pakerian, Denpasar, Nengah Rambit berjualan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun karena kelezatannya dan banyaknya pelanggan, Nengah Rambit akhirnya memilih membuka lapak dengan nama Warung Ari.
Ketika ditanya apa rahasia kelezatannya, Nengah Rambit mengaku setia mengolah sate lilit menggunakan bumbu basa genep khas Bali yang diracik sesuai dari resep tempat asalnya di Karangasem, Timbrah.
Sementara bahan utamanya, ikan marlin, ia dapatkan langsung dari pengepul. Ikan marlinnya asli, bukan campuran, ungkap Nengah Rambit.
“Ada perbedaan dengan sate lain, saya ikan marlin tok, kalau yang lain ada tetelan biasanya. Selain marlin saya tidak berani. Rasanya beda selain marlin, ada bau amis dan gatal,” jelasnya.
Selain sate lilit ikan marlin, ia juga menjual beragam menu seperti pepes ikan, pepes clengis, bakso ikan, jukut serombotan, dan jukut plecing.
Untuk satu tusuk sate lilit ikan dijual seharga Rp2 ribu, tiga bungkus pepes seharga Rp10 ribu, bakso ikan Rp4 ribu per bungkus, dan jukutnya seharga Rp4 ribu per bungkus.
Kamu juga bisa membeli dalam bentuk porsian lengkap dengan nasi seharga Rp25 ribu, isiannya tentu saja sate lilit, bakso, jukut urap, pepes dan segelas minum.
Dalam sehari, warung sate lilit ini bisa menghabiskan 30-50 kg ikan marlin, lho! Pantas saja, karena peminat sate lilit buatan Nengah Rambit ternyata bukan dari Bali saja melainkan dari Jakarta, NTB bahkan sering jadi oleh-oleh untuk dibawa ke luar negeri. Karena sate lilit ini bisa bertahan 2 hari suhu ruangan dan seminggu dalam lemari pendingin. Makanya cocok menjadi buah tangan untuk yang tersayang.
Baca Juga: Salah Satu Pizza Terenak di Bali, Perpaduan Kuliner dan Seni Khas Italia, Rasanya Gimana?
Salah seorang pembeli, Arti, mengatakan sudah berlangganan sate lilit ikan dari Warung Ari sejak 2010.
Biasanya dalam sebulan, ia menyempatkan datang dari tempat tinggalnya di Mahendradata ke Panjer, hanya untuk menikmati sate lilit khas Karangasem ini.
“Yang buat balik lagi, karena rasanya tetap sama, istimewa, cita rasa pedas dan manisnya. Saya tahu warung sate ini karena dulu sempat tinggal di wilayah sini,” ujar perempuan asli Bandung ini.