Nasi Mandi merupakan hidangan tradisional dari daerah selatan Jazirah Arab. Makanan ini dinamakan Nasi Mandi karena dalam bahasa Arab, “Mandi” atau "Mandhi" bisa diartikan sebagai embun. Alasannya karena teknik memasak yang digunakan membuat tekstur daging kambing yang digunakan sebagai lauk Nasi Mandi ini sedikit lembab dan basah sehingga terlihat seperti berembun.
Nasi ini begitu mudah dijumpai di berbagai wilayah di Timur Tengah bahkan hingga Turki dan Mesir. Hal ini disebabkan Nasi Mandi dianggap sebagai salah satu makanan pokok bagi penduduk setempat. Nasi mandi dibawa ke Indonesia oleh orang-orang Hadhrami yang berasal dari Hadhramaut, Yaman.
Nasi Mandi biasanya berwarna kuning cerah dan juga putih. Warna-warna itu berasal dari rempah-rempah kuning (rempah apron dari Timur Tengah) yang dimasak dengan menggunakan teknik tanur atau memasukkan makanan ke dalam ‘oven’ tradisional berukuran besar.
Rasa nasi ini dominan gurih, selain karena rempah apron tersebut juga karena proses memasak dengan teknik tanur. Jadi, daging direbus terlebih dahulu dengan bumbu hingga lunak. Kemudian, bumbu dan kaldu digunakan untuk memasak nasi.
Nasi di masak di bagian bawah tandoor yang berada tepat di atas bara api. Kambing oven yang sudah lunak tadi kemudian digantungkan di bagian atas tandoor. Sehingga ketika proses memasak selama 8 jam di dalam tandoor, lemak dan bumbu dari kambing tersebut menetes ke nasi di bawahnya.
Setelah nasi mandi matang, penduduk Arab biasanya menambahkan kismis atau kacang-kacangan sebagai pelengkap di atas nasi. Di Indonesia, hidangan Nasi Mandi ini biasa disajikan saat perayaan Idul Adha, Idul Fitri dan juga Maulid Nabi.
Bagaimana tertarik mencobanya?
