Pengaruh Arab dalam Kuliner Khas Gorontalo, Dulu Jadi Sesajen, Kini Mulai Langka

- Selasa, 11 Januari 2022 | 21:14 WIB
Milu Siram salah satu makanan khas Gorontalo. (FOTO: ANTARA).
Milu Siram salah satu makanan khas Gorontalo. (FOTO: ANTARA).

Gorontalo punya kekayaan kuliner menakjubkan yang menarik untuk diulik. Salah satunya, Tiliaya, yang menjadi syarat dalam acara syukuran adat, seperti perayaan kelahiran, kematian, dan doa-doa syukur.

Tili’aya biasanya disajikan bersama nasi kuning. Tiliaya merupakan makanan manis serupa Srikoyo dari Padang.

Menurut Dosen Antropologi Universitas Padjadjaran Seto Nurseto, nasi kuning memang disajikan sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

“Nasi kuning dibentuk segitiga karena menyimbolkan gunung emas yang melambangkan gunung kemakmuran. Dulu, nasi kuning berfungsi sebagai sesaji, sebelum orang masuk ke hutan. Namun, ketika Islam masuk, sesaji perlahan ditinggalkan," kata Seto, yang juga peserta MasterChef Indonesia Musim 8, seperti dikutip dari Antara.

-
Tili'aya, kuliner khas Gorontalo. (Foto: Resepyummy)

Seto menjelaskan, kuliner Gorontalo memiliki sejarah panjang. Ketika bangsa Arab, Cina, dan Belanda datang, berbagai sisi kebudayaan etnis Gorontalo terpengaruh, termasuk budaya kulinernya.

“Pengaruh Islam dalam kuliner Gorontalo sangat kuat. Yang menarik, kuliner menjadi identitas pembeda antara Gorontalo dan etnis lain yang menjadi tetangganya, misalnya Minahasa. Karena kepercayaan yang berbeda, bahan pangan yang digunakan jadi berbeda. Jika etnis Minahasa mengonsumsi daging babi, etnis Gorontalo mengonsumsi daging sapi," katanya.

Pelaku UMKM Bakul Goronto yang berdarah Gorontalo, Zahra Khan, menyebut ada sejumlah makanan khas Gorontalo yang kini mulai sulit ditemukan. 

Salah satunya adalah Milu Siram Pulo atau Binde Biluhuta yang menggunakan bahan dasar jagung pulut (binde pulu). Jagung jenis ini sulit didapatkan karena banyak petani lebih suka menanam jagung kuning hibrida. Jagung pulut hanya bisa didapatkan di desa-desa tertentu.

Milu Siram Pulo sebenarnya masih sangat mungkin dihidupkan lagi karena jagung putih masih ada, belum punah.

”Yang harus diperhatikan adalah mencari cara meningkatkan semangat petani untuk tanam jagung putih dan jagung kuning lokal Gorontalo. Selama ini ketergantungan terhadap jagung hibrida terbilang tinggi. Para petani perlu didorong untuk menanam varietas lokal,” kata Zahra, yang mendalami ilmu pangan.

Menurut Zahra, masyarakat pada awalnya belum memeluk agama apa pun sebelum Islam masuk ke Gorontalo.

Penduduknya masih memeluk kepercayaan hingga kemudian bangsa Arab datang dan menyebarkan agama Islam. Saat itu, kuliner Gorontalo juga banyak terpengaruh. 

Pada dasarnya, kuliner Gorontalo terbilang minim bumbu. Ketika memasak ikan bakar, misalnya, ada yang tidak memberi bumbu sama sekali, ada juga yang hanya memberi bumbu minimalis, seperti perasan jeruk nipis dan garam.

-
Ayam bakar iloni. (foto: Instagram @dapurnou)

Sementara itu, makanan Arab menggunakan banyak sekali rempah aromatik, seperti kayu manis, jinten, dan ketumbar. Sejak masuknya Islam lewat bangsa Arab, banyak masakan Gorontalo yang kemudian juga menggunakan rempah dengan aroma yang kuat, seperti ayam bakar iloni (bumbu rempah), kambing bakar balanga, dan kuah tabu moitomo (sebutan lain Kuah Bugis). 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X