Pemerintah Jepang pun berencana untuk meninjau standar keamanan untuk tingkat radioaktivitas dalam produk makanan yang ditetapkan 1 tahun setelah kecelakaan tahun 2011 di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima No. 1 Tokyo Electric Power Company Holdings, Inc.
Inisiatif itu dimasukkan dalam kebijakan dasar baru untuk rekonstruksi dari Gempa Bumi Besar yang melanda Jepang Timur yang disetujui oleh Kabinet pada 8 Maret kemarin. Dalam pengujian yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan prefektur pada tahun fiskal 2019 pada produk pertanian dan kelautan sebelum dan sesudah pengiriman, 99,94 persen hasilnya masih dalam batas.
Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan akan bekerja dengan kementerian dan lembaga lain untuk lakukan verifikasi ilmiah mengenai kecukupan standar. Pemerintah tetapkan standar keamanan yang ketat terkait tingkat radioaktivitas pada April 2012, satu tahun usai kecelakaan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, berdasarkan asumsi bahwa "Semua produk makanan di negara ini terkontaminasi dan orang-orang mengonsumsinya setiap hari."
Batasan jumlah cesium yang diperbolehkan dalam produk makanan secara umum ditetapkan pada 100 becquerel per kilogram, kurang dari sepersepuluh dari tingkat yang diizinkan di Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut Kementerian Kesehatan, sebagian besar hasil tes yang dilakukan di seluruh negara pada tahun fiskal 2019 “tidak dapat dideteksi”. Dengan kata lain, hasil itu berada di bawah batas pengukuran. Hanya 0.06 persen yang melampaui batas itu, turun dari 0,85 persen pada tahun fiskal 2012.
Sebagian besar produk yang melebihi batas itu berasal dari alam, seperti sayuran gunung dan daging buruan; hanya beberapa item yang butuh manajemen budidaya.
