Makanan asal Jepang memang cocok di lidah sebagian besar orang Indonesia. Terbukti dari banyaknya restoran atau pedagang kaki lima yang menawarkan berbagai macam makanan yang berasal dari Negeri Matahari Terbit tersebut.
Dan kamu pasti sudah sangat familiar dengan makanan-makanan seperti sushi, ramen, udon, onigiri, ataupun tempura, bukan?
Tak hanya makanan utama, camilan asal Jepang juga banyak ditemukan hampir di setiap sudut kota di Indonesia, salah satunya adalah takoyaki.
Takoyaki merupakan camilan berbahan dasar tepung dengan isian gurita cincang atau inovasi isian lainnya seperti mozarella, ayam, daging sapi, bakso, atau sosis.
Saat berbicara tentang takoyaki, tak lengkap rasanya jika kita tidak membahas topping yang sangat identik dengan takoyaki, yaitu katsuobushi atau kezuribushi.
Katsuobushi tidak ditemukan pada makanan olahan khas Indonesia, sehingga hanya sedikit dari kita yang tahu tentang katsuobushi. Sesuai namanya, katsuobushi berasal dari ikan cakalang atau katsuo.
Makanan ini nyaris menyerupai serutan pensil yang sangat tipis dan transparan. Katsuobushi dianggap memiliki rasa yang lezat karena mengandung rasa manis, asam, asin, dan pahit sehingga mampu menambah cita rasa yang khas dari takoyaki atau makanan lainnya. Ikan cakalang harus mengalami proses cukup panjang sebelum menjadi katsuobushi.
Ikan diproses dengan cara direbus dan dikeringkan, kemudian diasapkan hingga jadi sekeras kayu. Setelah itu, daging ikan cakalang tersebut diserut sangat tipis dan siap untuk dikonsumsi. Meski terlihat sepele, katsuobushi mengandung banyak sekali vitamin B kompleks yang berguna untuk menjaga metabolisme dalam tubuh.
Semakin mudah katsuobushi ditumbuhi oleh kapang atau mikroorganisme berbentuk hifa, maka semakin mahal dan semakin bagus kualitasnya. Jadi, jika kamu tidak sengaja membeli katsuobushi yang ditumbuhi oleh kapang, jangan salah paham dan langsung dibuang, ya. Sebab hal itu adalah sesuatu yang wajar.
