Produsen tempe di pedalaman Ponorogo enggak pernah sekalipun terdampak kenaikan harga kedelai. Enggak heran, tempe buatan perajin Ponorogo ini terbuat dari biji koro, bukan kedelai. Tempe ini dikenal dengan sebutan tempe benguk. Soal rasa, tempe benguk enggak berbeda sama tempe kedelai yang biasa kamu makan. Rasanya gurih dan beraroma rempah. Makanan ini bisa dimakan sebagai lauk, digoreng dengan tepung dan disantap hangat. Nikmat!
Pembuatnya sangat terkenal di Desa Singkil, Kecamatan Balon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Mudah mencarinya karena di depan rumah produksinya terbentang spanduk bertuliskan ‘Padepokan Tempe Benguk’.
Saat Tim IDZ Creators ke lokasi jelang Maghrib, banyak pembeli datang untuk membeli tempe benguk dan gorengan lain yang dijual oleh Pusparini, sang pemilik warung.
"Yang paling laku untuk takjil ya tempe benguk. Ini dari biji koro atau disebut benguk," ujar Pusparini sambil melayani pembeli di Padepokan Tempe Benguk.
Pusparini menjelaskan selain bahan dasar, pembuatan tempe benguk juga berbeda dari tempe kedelai. Kalau tempe kedelai dibuatnya cuma sehari, tempe benguk dibuat 3 hari 2 malam.
Dia menjelaskan bahwa dalam sehari, warungnya bisa menghabiskan 3 sampai 5 kilogram benguk. Sehari bisa menjual 100 hingga 500 bungkus tempe benguk.
"Satu hari bisa dapat Rp400 ribu. Bisa juga dapat Rp700 ribu per hari nya. Apalagi tahun baru bisa lebih dari Rp.700 ribu," kata mantan TKW ini.
Menurutnya, tempe benguk ini enggak hanya dikomsumsi oleh warga sekitar. Pusparini bahkan mengirim tempe benguk sampai ke luar Jawa dan luar negeri, salah satunya Hong Kong.
Untuk ke Hong Kong, Pusparini biasa mengirim sampai 300 buah sekali kirim.
"Caranya tempe benguk digoreng sangat kering. Kemudian dibungkus dengan plastik dan dikirim. Awet kok, hampir sebulan sekali kirim nya," pungkasnya.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini.