Restoran Singapura Dihujat Netizen Indonesia, Sebut 'Nasi Padang' Menjijikkan

Sebuah restoran di Singapura yang bernama The Ritual, dihujat netizen, terutama yang berasal dari Indonesia karena dianggap melecehkan menu makanan Nasi Padang.

Restoran The Ritual menganggap bahwa menu Nasi Padang selama ini "menjijikkan". Oleh karena itu, mereka membuat menu Nasi Padang tanpa kuah santan, bebas MSG, dan hanya menggunakan garam Himalaya.

"Available for delivery and pickup! - The Ritual 'Nasi' Padang without the nasties. Eat guilt free. Really. Plus have a taste of travel,"tulis @theritual.sg dalam unggahannya yang telah dihapus.

"Nasi Padang kami terdiri dari ayam atau daging sapi atau lemak tanpa tulang dengan aroma sereh yang khas, perkedel, telor ceplok balado, quinoa atau nasi dan telur," lanjutnya.

Kata-kata "without the nasties" itulah yang membuat netizen berang. Mereka mempertanyakan sejak kapan Nasi Padang menggunakan MSG, karena Nasi Padang justru kaya rempah.

Beberapa netizen berpendapat bahwa "nasty" yang dimaksud oleh restoran tersebut nasi padang dalam versi "sehat" dan tidak mengandung kolesterol tinggi.

Setelah dihujat netizen, akhirnya restoran Singapura, The Ritual, meminta maaf. Mereka mengklaim tidak bermaksud memojokkan budaya tertentu.

"Kami benar-benar minta maaf jika postingan kami yang terbaru telah menyinggung Anda atau komunitas Anda, juga tidak dimaksudkan untuk menjatuhkan siapa pun atau budaya apa pun. Ini tidak pernah menjadi niat kami dan itu juga menyakiti kami karena kami semua memiliki teman multi-etnis dari semua perbedaan budaya.

The Ritual mengklaim hanya ingin membuat Nasi Padang dalam versi yang lebih sehat, menurut penafsiran mereka sendiri. Sehingga, pelanggan "tidak merasa bersalah" setelah menikmatinya.

"Kami tidak menyiratkan bahwa hidangan Nasi Padang yang asli itu sendiri tidak enak. Sekali lagi kami mohon maaf karena telah mengecewakan siapa pun," ujarnya.

Terkait kata "nasty", The Ritual mendefinisikannya sebagai makanan yang tidak baik bagi kesehatan. Namun, mereka sadar bahwa pemilihan kata tersebut menyebabkan kesalahpahaman dan meminta maaf karenanya.