Belakangan kedai kopi tengah merajalela, salah satu yang menjadi andalan kopi dengan gula aren. Banyak yang berpikir bahwa pemanis selain gula pasir lebih baik daripada lainnya, padahal faktanya tidak demikian.
Ahli endokrinologi anak Prof dr Aman Pulungan, PhD, SpA(K) menegaskan bahwa jenis gula apa pun harus tetap dibatasi jumlah konsumsinya. Tidak ada pemanis tertentu yang asupannya bebas tanpa batas.
"Kita serba salah sekarang. Mau gula aren, jus, itu kita anggap bukan dari gula putih, pada itu sama semua. Yang harus dipastikan itu (kandungan) yang dicantumkan, misalnya, latte ditulis kandungan gulanya berapa," jelas dr Aman dalam media briefing IDAI, Jumat (10/2/2023).
Baca Juga: Dudung Maman Kopi: Coffee Shop Mungil di Gang Kecil, Tersembunyi tapi Gak Pernah Sepi
Lebih jauh Prof Aman menyebutkan, setiap produsen makanan atau minuman harusnya lebih transparan dalam menginformasikan kandungan gula dalam produknya. Label kandungan gula bisa membantu pembeli dalam pertimbangan batas konsumsi gula harian.
Ia merekomendasikan pengumuman bahaya gula, sama besarnya dengan peringatan merokok.
"Harusnya ini semua dideklarasi dalam arti kata sama dengan merokok. Orang-orang jadi tahu bahayanya, apalagi kalau sudah gemuk," ujar Prof Aman.
Baca Juga: Psst... Ternyata Ini Jenis Kopi yang Jadi Incaran Milenial dan Gen Z!
Kasus diabetes tidak hanya meningkat pada orang dewasa, tetapi juga marak terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Oleh karenanya, penting untuk mengedukasi orang tua terkait penyakit tersebut.
Untuk anak, batas asupan gula tidak boleh lebih dari 25 gram atau sekitar enam sendok teh per hari. Sementara untuk orang dewasa yakni 2.000 kkal atau setara 10 sendok teh per hari.
Artikel Menarik Lainnya:
