Bulan Juni hingga Juli adalah musim panen buah sukun di Sulawesi Selatan khususnya di wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang. Di sejumlah pasar tradisional saat ini mudah sekali mendapatkan buah yang bernama ilmiah Artocarpus Altilis ini.
Jika di Jawa dan Aceh buah ini disebut sukun, beda lagi sebutannya untuk masyarakat Bugis dan makassar, mereka menyebut buah ini dengan sebutan Baka. Sementara orang Eropa menyebutnya sebagia buah roti.
Di sebut buah roti karena buah tanpa biji ini memang memiliki bagian daging buah yang bertepung jika dimasak akan menyerupai roti. Di Kabupaten Sidrap buah ini memang menjadi salah satu buah favorit. Biasanya digunakan untuk kolak dan juga di goreng. Sedangkan yang masih muda dijadikan sayur.
"Kalau saya sih lebih suka di goreng, biasanya beli tiga sampai lima biji. Karena kalau beli terlalu banyak sukun ini gampang busuk kalau tidak diolah secepatnya,” terang Niar salah satu warga Pangkajene, Sidrap.
Meski buah Sukun ini jadi makanan pokok di beberapa wilayah, seperti masyarakat Samoa,T onga, Fiji, dan Micronesia, sukun belum menjadi pengganti makanan pokok seperti kentang atau beras. Padahal kandungan gizi, buah sukun sebenarnya tidak kalah dengan bahan pokok lainnya.
Karbohidrat yang terkandung dalam 100 gram tepung sukun setara dengan 100 gram beras. Kandungan buah Sukun meliputi 71% air, 27 % karbohidrat, dan 1% protein. Oleh sebab itu, sukun digadang-gadang menjadi makanan pokok masa depan.
Di Pasar Rakyat Pangkajene, Sidrap, buah sukun ini dijual mulai dari Rp5 ribu hingga Rp15 ribu per buahnya. Tergantung besar kecilnya buah sukun yang dipilih.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini
