Kue rangin, salah satu kudapan yang ada dimana-mana. Kue ini punya beragam sebutan.
Masyarakat Betawi menyebut kue pancong, di Bandung dikenal dengan sebutan kue bandros atau kue gandos.
Sementara itu, di Jawa Tengah dan Yogyakarta disebut kue serabi rangin.
Berbahan baku tepung beras, parutan kelapa dan santan, kue rangin bentuknya serupa dengan kue pukis.
Hanya saja, rasanya gurih dan cukup mengenyangkan.
Baca Juga: Seker Bu Margono: Kuliner Malam Ponorogo Isinya Cuma Nasi Kering, Tempe, dan Sambal
Di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kue rangin merupakan salah satu pilihan sarapan.
Salah satu penjual kue rangin yang legendaris adalah Tuminem. Dia berjualan di Pasar Pon.
”Kalau nenek saya sebelum merdeka jualan di Jalan Gondosuli. Saya di Pasar Pon sini mulai tahun 1983,” ujar Tuminem kepada Pramita Kusumaningrum, Tim Z Creators, Rabu (7/9/2022).
Tuminem mengatakan dia membuka lapaknya mulai pukul 02.00-08.00 WIB.
Terkadang pukul 06.00 WIB pun sudah ludes. Tuminem masih menggunakan arang dan tungku untuk membuat kue rangin.
“Rasanya pasti beda. Juga saya takut pakai gas. Sebenarnya kalau dihitung lebih murah menggunakan gas daripada arang,” tegasnya.
Baca Juga: Ajaib! Pohon Kurma Berbuah Lebat di Ponorogo, Dipercaya Bisa Bikin Cepat Hamil
Tuminem mengaku setiap harinya menghabiskan 10 kg beras, kemudian 10 butir kelapa jika hari Minggu atau tanggal merah.