Mengapa Kristen Ortodoks Rayakan Natal 6 Januari? Ini Alasannya

- Kamis, 6 Januari 2022 | 16:17 WIB
Bartholomew I dari Konstantinopel dengan pemimpin Ortodoks Rusia, Patriark Kirill. (REUTERS/Osman Orsal)
Bartholomew I dari Konstantinopel dengan pemimpin Ortodoks Rusia, Patriark Kirill. (REUTERS/Osman Orsal)

Jika Gereja-gereja Barat merayakan Natal pada 25 Desember, maka Gereja Ortodoks merayakannya pada 6 Januari. Diketahui, penganut Ortodoks tersebar di Yunani, Arab, Rusia, Sesir dan beberapa negara lainnya.

Kata Ortodoks sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu Orthos yang berarti lurus atau benar. Sedangkan Dox berasal dari kata Doxa yang berarti pengajaran atau kepercayaan. 

Dengan demikian, Kristen Ortodoks dapat diartikan sebagai pengajaran atau kepercayaan Kristen yang lurus atau benar.

Saat ini, Kristen Ortodoks juga dikenal dengan Gereja Mula-mula, Gereja Timur atau Gereja Purba.

Merayakan Natal 6 Januari

Kristen Ortodoks memiliki perbedaan yang cukup kentara dengan Kristen-kristen lainnya seperti Katolik dan Protestan, salah satunya terkait penetapan hari kelahiran, kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus.

Penetapan hari kelahiran misalnya, perbedaan itu terjadi karena penggunaan kalender antara Gereja-gereja Barat dan Gereja Timur yang berbeda.

Gereja Ortodoks menggunakan kalender Julian, kalender yang usianya lebih tua yang dibuat di masa kaisar Romawi Julius. Sedangkan Gereja-gereja Barat seperti Katolik dan Protestan menggunakan kalender Gregorian.

Kalender Gregorian itu digunakan karena pada abad XIII, Paus Roma Gregorius menilai kurang tepat untuk menggunakan kalender Julian sehingga digantikan ke kalender Gregorian yang lebih baru.

Pada perhitungan kalender Gregorian, Natal dirayakan setiap 25 Desember. Sementara, Gereja Ortodoks menghitungnya 13 hari sesudah 25 Desember yaitu 6 Januari.

Kristen Ortodoks di Indonesia

Daniel Bambang Dwi Byantoro menjadi sosok di balik keberadaan Kristen Ortodoks di Tanah Air. Dia menjadi penganut dan Romo Ortodoks pertama di Indonesia.

Dia bertemu dengan aliran Ortodoks ketika menjalani studinya di Korea Selatan pada 1983. Dari situ, dia terus memperdalam agama Ortodoks hingga pada 1987 ditahbiskan sebagai Romo Ortodoks.

Setelah ditahbiskan, Daniel langsung melakukan misi pertamanya di Solo, Jawa Tengah pada 1988. Setelah berkembang, dia terus melanjutkan misinya ke Jakarta hingga kini aliran Ortodoks menyebar ke seluruh wilayah Indonesia.

Aliran Ortodoks mulai diterima pemerintah lewat Departemen Agama RI pada tahun 1991. Namun masih di bawah Dirjen Protestan. Hal itu dilakukan hanya untuk melindungi umat Ortodoks secara hukum.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X