Studi: Pelari Rekreasional Diklaim Hadapi Risiko Cedera yang Lebih Tinggi!

- Selasa, 13 April 2021 | 14:40 WIB
Ilustrasi berlari. (photo/Ilustrasi/Pexels/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi berlari. (photo/Ilustrasi/Pexels/Andrea Piacquadio)

Hampir setengah dari semua pelari rekreasional mengalami cedera, sebagian besar berkaitan dengan lutut, betis ataupun tendon Achilles, dan tingkat risikonya sama-sama tinggi terlepas dari usia, jenis kelamin, atau pengalaman berlari. Ini merupakan temuan tesis dalam ilmu olahraga. 

Mahasiswa doktoral Jonatan Jungmalm merekrut lebih dari 200 pelari rekreasi dari daftar peserta Göteborgsvarvet Half Marathon dan pantau mereka selama satu tahun. Untuk mengambil bagian dalam penelitian ini, mereka harus telah berlari setidaknya selama satu tahun, telah berlari rata-rata setidaknya 15 km per minggu selama setahun terakhir dan telah bebas dari cedera setidaknya selama enam bulan. Partisipannya adalah pria dan wanita dengan rentang usia 18-55 tahun. 

Selama penelitian, pelari rekreasi mengisi buku harian pelatihan, masukkan informasi mengenai seberapa jauh mereka berlari setiap harinya dan apakah mereka merasakan sakit. Mereka yang alami cedera mendadak atau merasakan sakit dalam waktu lama diperiksa oleh dokter olahraga. Melihat hal itu, Jonatan Jungmalm memberikan komentarnya.

"Sepertiga dari peserta terluka selama penelitian. Tetapi jika Anda juga memperhitungkan peserta yang keluar dari penelitian, masuk akal untuk mengasumsikan bahwa hampir setengah dari semua pelari rekreasi melukai diri mereka sendiri dalam setahun. " ungkapnya. 

Jonatan menggunakan metode statistik tertentu untuk menghitung proporsi pelari yang cedeera, dengan mempertimbangkan tingkat putus sekolah yang umum dalam studi berdasarkan partisipasi sukarela. Dari mereka yang terkena cedera, setengahnya mengalami masalah dengan lutut, betis, atau tendon Achilles. 

"Beberapa cedera berlangsung lama. Tapi semua cedera menghalangi pelari untuk berolahraga seperti biasa," kata Jonatan.

"Namun, mereka yang sebelumnya terluka lebih mungkin terkena dampaknya lagi."

Semua peserta menjalani serangkaian tes fisik sebelum studi, mulai dari tes kekuatan dan tes mobilitas hingga tes gaya lari. 

"Mereka yang memiliki paha luar yang relatif lemah menghadapi risiko cedera yang lebih tinggi. Mereka yang memiliki pronasi terlambat dalam gaya berjalan mereka juga berisiko lebih tinggi. Namun, memiliki tubuh yang lemah atau fleksibilitas otot yang terbatas bukanlah hal yang penting." tutupnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X