Buah tin atau buah ara adalah buah yang disebutkan di banyak agama termasuk Islam, Kristen, Budha dan Hindu.
Tentu setiap agama memiliki pandangan dan lambang berbeda mengenai buah ini dan itu bukan yang ingin kita perdebatkan di sini.
Pohon ara memiliki nama ilmiah dalam bahasa Latin yakni Ficus carica.
Sementara di daerah penyebarannya memiliki penyebutan yang berbeda seperti fig dalam bahasa Inggris, tin dalam bahasa Arab, figue (Prancis) dan lainnya.
Pohon ara telah ditanam sejak zaman kuno dan tumbuh liar di daerah kering dan cerah, dengan tanah yang dalam dan murni. Juga dapat tumbuh di ladang berbatu, dari permukaan laut hingga 1.700 meter.
Tablet batu Sumeria yang berasal dari 2500 SM menunjukkan penggunaan buah ara dalam kuliner.
Sisa-sisa pohon ara ditemukan selama penggalian situs Neolitik dari 5000 SM. Beberapa peneliti bahkan menganggapnya sebagai tanaman peliharaan pertama.
Ada banyak fakta unik mengenai pohon dan buah ara.
Salah satunya, cabang pohon ara yang tidak berbunga. Bunga tersebut justru terdapat di dalam buah ara.
Bunga kecil yang banyak dan padat menghasilkan biji kecil yang renyah dan dapat dimakan sehingga memberi tekstur unik pada buah ara.
Baca Juga: Uniknya Kaktus Pir Berduri, Kaktus yang Buah dan Bantalannya Dapat Dimakan
Sehingga dalam pengertian botani sebenarnya, buah ara bukanlah buah sejati karena buah sebenarnya adalah biji kecil di bagian dalamnya.
Buah ara akan berhenti matang saat mereka dipetik jadi perlu dipastikan untuk memanennya di saat yang tepat.
Di dalam masakan buah tin secara alami membantu menahan kelembapan pada makanan yang dipanggang, menjaganya tetap segar.
