Pasar Loak yang berada di Cakranegara, Mataram merupakan salah satu pasar tertua yang ada di Lombok. Pasar ini sangat istimewa karena menjual barang bekas yang memiliki nilai sejarah.
Salah satu tokoh yang wajib dikunjungi saat ke pasar ini ialah Toko Agia. Toko ini menjual barang-barang lama dengan bentuk unik dan sedikit menyeramkan.
Masayu Neli, pemiliknya mengatakan toko yang berada di lantai 2 Pasar Loak ini sudah ada sejak Pasar Loak dibangun sekitar tahun 1986.
"Saya sudah lama berjualan disini, sejak awal pasar ini dibangun. Sekitar tahun 1986," ujar Masayu.
Barang-barang antik yang dijual di Toko Agia cukup beragam. Mulai dari keris, piring, topeng, miniatur bahkan uang kertas zaman dulu serta berbagai macam logam.
Barang-barang tersebut berasal dari beberapa daerah di Nusa Tenggara dan Bali, seperti Flores, Lombok, Sumbawa dan Bali. Untuk harganya, mulai dari Rp10 ribu sampai puluhan juta, tergantung kelangkaan dan fungsi dari barang antik tersebut.
"Harga disini yang paling murah Rp10 ribu. Selain itu, ada juga yang puluhan juta, seperti keris. Keris itu biasanya harganya puluhan juta, peminatnya juga lumayan banyak," lanjut Masayu.
Baca juga: FOTO: Pasar Loak di Madrid Kembali Buka Usai 8 Bulan Tutup karena Corona
Barang Antik Punya Kisah Mistis
Sebagai pemilik toko, Masayu menyadari barang antik yang dijualnya terkesan menyeramkan dan kerap dianggap memiliki hal mistis. Namun ia tak pernah ambil pusing, sebab urusan nilai mistis tersebut tergantung siapa yang memandang.
"Banyak yang nanya apakah barang-barang ini ada isinya, tetapi saya tidak peduli apakah isinya ada atau tidak. Saya hanya menjual, saya tidak terlalu memikirkan hal-hal mistis berkaitan dengan barang saya. Misal mereka ada isinya, pun saya ga takut. Ada Allah," ungkapnya.
Wanita pebisnis barang antik itu juga mengakui kalau dagangannya memang nggak begitu laris di kalangan masyarakat lokal. Namun sangat diminati oleh kalangan wisatawan mancanegara.
Baca juga: Pria Ini Beli Mangkuk Murah dari Pasar Loak, Rupanya Artefak Langka Senilai Rp7 Miliar
"75 persen yang beli barang saya itu turis asing. Saat beli mereka juga membeli barang yang sudah sangat lama dan paling jelek warnanya. Contohnya saja kemarin, ada turis yang beli songket tenun asli. Saya tawarkan warna cerah dan bagus, tapi mereka malah milih yang paling lama dan warnanya sudah lumayan pudar,” imbuhnya.
Masayu turut mengungkapkan bahwa barang yang dijualnya memiliki nilai estetika tersendiri bagi peminatnya. Meski harganya mahal, bagi yang paham makna di balik barang antik pasti enggak akan ragu untuk mengeluarkan uang sampai puluhan juta demi mendapatkan barang-barang yang dijual di sini.
