Tragedi Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Akibat Pilot Abaikan Peringatan

- Minggu, 9 April 2023 | 08:15 WIB
Sukhoi Superjet 100. (ANTARA)
Sukhoi Superjet 100. (ANTARA)

Kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 (SSJ-100) di Gunung Salak terjadi pada tanggal 9 Mei 2012. Pesawat itu hilang kontak dalam penerbangan demonstrasi usai berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta dan menelan korban jiwa sebanyak 45 orang.

Pesawat dengan nomor registrasi 97004 sedianya sedianya akan melakukan perjalanan demonstrasi yang bertajuk 'Welcome Asia'. Selain Indonesia, pesawat Sukhoi Superjet 100 ini juga terbang di Kazakhstan, Pakistan, dan Myanmar; pesawat ini juga akan melanjutkan perjalanan ke Laos dan Vietnam.

Kedatangan pesawat tersebut adalah melakukan demo flight untuk memperkenalkan produk pesawat baru itu ke Indonesia. PT Tri Marga Rekatama adalah perwakilan atau agen Sukhoi Company di Indonesia. Dalam demo penerbangan untuk kepentingan promosi itu pihaknya menyebar 100 undangan untuk mengikuti joy flight di Bandara Halim Perdanakusuma.

Mereka yang diundang di antaranya pebisnis Indonesia yang bergerak di bidang penerbangan, wartawan, dan pihak-pihak lainnya. Joy flight dibagi dalam beberapa kloter dengan tujuan Bandara Halim Perdana Kusuma-Pelabuhan Ratu-Bandara Halim Perdanakusuma. 

Baca Juga: Kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak: Dari 45 Korban, 3 Jurnalis Indonesia Tewas

Kloter pertama berlangsung lancar dan selamat. Setelah melakukan penerbangan sekitar 30-35 menit, pesawat mendarat sempurna di Bandara Halim Perdanakusuma.

Pada saat giliran kloter kedua take off, kloter kedua Superjet 100 berisikan terdapat 6 orang awak kabin, 2 orang perwakilan dari Sukhoi, dan 37 orang penumpang. Penerbangan kedua inilah yang bermasalah.

Kronologi Kecelakaan

Pada pukul 14:00 WIB, Sukhoi Superjet 100 lepas landas dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma untuk sebuah penerbangan demonstrasi lokal yang dijadwalkan mendarat kembali ke titik awal keberangkatan. 

Awak pilot yang bertugas di Superjet 100 adalah Alexander Yablonstev, yang belakangan diketahui baru pertama kali menerbangkan pesawat di Indonesia. Setelah take off Superjet 100 berada di ketinggian 10.000 kaki, namun berselang beberapa menit kemudian pilot berkomunikasi untuk menurunkan ke ketinggian 6.000 kaki.

Otoritas pemandu lalu lintas udara pun memberikan izin agar Superjet 100 berada di ketinggian 6.000 kaki. Ketika di ketinggian tersebut, pesawat membuat orbit atau lintasan melingkar ke kanan dengan tujuan agar pesawat tak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Bandara Halim Perdana Kusuma.

Berdasarkan layar di radar posisi pesawat Superjet 100 saat itu sekitar 75 mil laut (139 km) selatan Jakarta, di sekitar Gunung Salak. Namun pada pukul 14.33 WIB petugas bandara tidak lagi bisa berkomunikasi dengan pilot pesawat Superjet 100 yang terakhir kali meminta ketinggian pesawat diturunkan, begitu juga dengan para penumpang.

Alhasil pesawat Superjet 100 ini pun dinyatakan hilang kontak di sekitar Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

Tim Sar Dikerahkan untuk Pencarian

Sebuah pencarian di darat dan udara untuk pencarian pesawat ini dimulai, tetapi dibatalkan karena malam tiba.

Barulah di tanggal 10 Mei Pasca pesawat Superjet 100 hilang kontak di tanggal 9 Mei 2012, Tim Sar pun dikerahkan ke Gunung Salak untuk melakukan pencarian. Hal itu sebagaimana disampaikan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) melalui Humasnya, Rakhendi.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Arti Mimpi Memotong Rambut Apakah Pertanda Baik?

Minggu, 28 April 2024 | 10:19 WIB

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X