Ini Dia Fakta Klaim Ribka Tjiptaning yang Menolak Tegas Vaksin COVID-19

- Sabtu, 16 Januari 2021 | 18:35 WIB
Ribka Tjiptaning (Dok. Dpr)
Ribka Tjiptaning (Dok. Dpr)

Anggota Komisi IX DPR RI Ribka Tjiptaning belakangan ini menjadi sorotan karena dengan tegas menolak dirinya dan keluarga untuk divaksin.

Politikus PDIP menyatakan menolak vaksinasi yang disampaikannya dalam rapat kerja Komisi IX DPR dengan Menteri Kesehatan, Biofarma dan Kepala BPOM pada (12/1/21).

Ada beberapa klaim dari kasus-kasus sebelumnya yang pernah terjadi di Indonesia, sehingga menjadikan Ribka menolak untuk divaksin.

Berikut beberapa klaim Ribka Tjiptaning yang menjadi alasan dirinya menolak untuk divaksi dan fakta sebenarnya dilansir dari unggahan di Instagram Naza Shihab @najwashihab.

1. Klaim Vaksin Anti-polio yang Mengakibatkan Kelumpuhan di Sukabumi
Faktanya, pada 13 Maret 2005, balita laki-laki berusia 18 bulan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang sebelumnya tidak diimunisasi, mengalami kelumpuhan. 

WHO menyebut bahwa virul polio tipe 1 itu menyebar ke Indonesia melalui Sudan, yang berkembang jadi kejadian luar biasa (KLB) dan menyerang sebanyak 305 orang di Jawa dan Sumatera (2005-2006).

Hal itu membuktikan bahwa kejadian lumpuh layu di Sukabumi bukan terjadi karena divaksin anti-polio, namun karena memang belum divaksin.

2. Klaim Soal Anti Kaki Gajah di Majalaya yang Menyebabkan 12 Orang Meninggal Dunia
Pada November 2009, ratusan warga dirujuk ke RSUD Majalaya, Kabupaten Bandung setelah pengobatan maasal filariasis (kaki gajah).

Banyak warga yang berobat karena rasa takut terhadap efek samping yang timbul. 

Mengenai kasus delapan orang yang meninggal, tiga dari lima orang diketahui belum meminum obat tersebut. Sedangkan lima lainnya, meminum obat dengan penyakit lain yang telah diderita sebelumnya, yaitu tiga orang menunjukkan serangan jantung dan dua lainnya mengalami gejala stroke.

Hal itu membuktikan bahwa ada lima dari delapan orang yang meninggal setelah meminum obat filariasis. Namun, kelima orang tersebut memiliki riwayat penyakit lain yang disebut menjadi penyebab kematian.

3. Klaim Soal Vaksin Siniovac Disebut Belum Uji Klinis Fase ke-III
Pertengahan 2020, CoronaVac atau jenis vaksin Sinovac, telah diuji klinis fase III di Turki, Indonesia, Brazil dan Chile. Hasil uji klinis fase ketiga itu menunjukkan efikasi 65,3 persen di Indonesia.

Faktanya, vaksin Sinovac sudah masuk uji klinis fase ketiga dan masih berlangsung di beberapa negara di luar Indonesia.

Penggunavaksin ini di Indonenesia dan beberapa negara lainnya dilakukan denga otoritasi penggunaan darurat.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Fakta dan Mitos Tahun Kabisat yang Kamu Harus Tau

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:25 WIB
X