Sejak pembangunannya pada 2015, Tol Cikopo-Palimanan (Cipali) selalu menarik perhatian. Selain sebagai tol terpanjang di Pulau Jawa, jalanan bebas hambatan ini juga penuh misteri. Terlebih banyaknya kecelakaan yang terjadi di tol sepanjang 116,8 km ini.
Ada Batu Raksasa
Ada yang menarik dari Tol Cipali bagian dari Tol Trans Jawa ini. Jika diamati dengan detail tepatnya di KM 182, ada pemandangan tak lazim. Sebuah batu berukuran raksasa bahkan lebih besar dari sebuah mobil mini bus masih berdiri kokoh.
Posisi batu ini seperti ingin menggelinding ke bawah. Warga sekitar menyebut batu ini dengan 'Batu Bleneng'. Batu ini masuk dalam wilayah Desa Walahar, Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Batu Bleneng Tak Bisa Dipindahkan
Cerita keberadaan Batu Bleneng ini enggak cuma populer di wilayah Desa Walahar saja. Apalagi saat pembangunan ruas jalan Tol Cipali. Berbagai upaya dari petugas pembangunan untuk memindahkan batu besar ini, namun enggak berhasil.
Menurut kabar yang beredar saat berusaha memindahkan Batu Bleneng, seorang operator backhoe atau alat berat meninggal dunia. Lalu para sesepuh desa melarang untuk mengusik batu ini.
Kisah tersebut membuat keberadaan Batu Bleneng ini semakin dikenal terutama bagi para pengguna jalan tol Trans Jawa.
Baca juga: Sering Makan Korban, Ini Sederet Penyebab Kecelakaan di Tol Cipali
Tol Cipali Sering Terjadi Kecelakaan
Seringnya terjadi kecelakaan maut yang merenggut korban jiwa di ruas jalan Tol Cipali kerap dihubungkan dengan unsur mistis dari Batu Bleneng. Salah satu pengemudi bernama Andang (44) mengatakan sering sekali mendengar cerita mistis tentang Batu Bleneng ini.
"Saya sopir mobil rental dari Solo. Lumayan sering ke Jakarta atau wilayah Jawa Barat lewat Tol Cipali ini. Kalau dari cerita teman-teman saya sesama sopir sekitar area KM 182 tempat Batu Bleneng ini memang mistis ya. Jadi harus ekstra waspada kalau lewat sini jangan sampai ngantuk,” katanya saat ditemui di rest area KM 166A Tol Cipali.
Andang membagikan pengalamannnya saat melintasi Tol Cipali. Menurutnya, banyaknya kecelakaan di KM 182 karena sopir yang enggak waspada. Ada yang mengira jalanan lurus padahal menikung, menambah kecepatan, dan akhirnya mobil hilang kendali.
"Bagi driver yang paham, kalau lewat sini (lokasi Batu Bleneng) enggak mungkin ngebut terus juga membunyikan klakson sebagai tanda permisi itu. Dulu waktu pertama lewat sini, saya juga pernah rasanya mata ini lengket, ngantuk banget padahal habis istirahat dan ngopi, tapi Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa," imbuhnya.
