Gak Sembarangan, Begini Cara Astronot Muslim Salat dan Puasa di Luar Angkasa

- Jumat, 24 Maret 2023 | 05:00 WIB
Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Freepik/user21908677)
Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Freepik/user21908677)

Astronot UEA Sultan Al Neyadi bakal menghabiskan seluruh bulan Ramadhan di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Ia dijadwalkan menghabiskan enam bulan di luar angkasa, sejak diluncurkan pada 26 Februari 2023.

Dr Al Neyadi bakal menjalani ibadah puasa dan merayakan lebaran di sana.

“Selama enam bulan, kita akan melewati saat-saat yang sangat menyenangkan seperti Idul Fitri dan Ramadan,” katanya seperti dikutip dari The National News.

Dr Al Neyadi juga mengaku puasa sebenarnya tidak wajib bagi kondisi mereka. Tetapi para astronot muslim tetap bisa menjalankan ibadah Ramadhan dengan aturan tertentu.

“Saya dalam definisi seorang musafir, dan kita sebenarnya bisa berbuka puasa dan itu tidak wajib. Makan makanan yang cukup diperbolehkan jika kekurangan makanan, nutrisi atau dehidrasi dapat membahayakan misi, atau mungkin membahayakan anggota kru,” sambungnya.

Adapun untuk puasa dan salat di luar angkasa, para astronot dapat mengikuti zona waktu yang digunakan di stasiun luar angkasa, yaitu UTC yang disebut juga GMT atau mereka dapat mengikuti waktu Makkah.

Bukan Pertama Kali

-
Ilustrasi astronot di luar angkasa. (Freepik/freepik)

Dr Al Neyadi bukanlah Muslim pertama yang menghabiskan Ramadhan di luar angkasa. Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi adalah astronot muslim pertama di luar angkasa yang berpuasa.

Dia berpuasa ketika dia menerbangkan pesawat ulang-alik AS Discovery pada tahun 1985 yang bertepatan dengan hari terakhir Ramadhan.

Selain itu pada tahun 2007, Sheikh Muszaphar Shukor astronot Malaysia juga berpuasa ketika diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Meski saat peluncuran, bulan Ramadhan hanya tersisa dua atau tiga hari, Shukor tetap ingin menjalankan ibadah puasa.

Karena itulah Dewan Fatwa Nasional Malaysia akhirnya menerbitkan panduan untuk beribadah di ISS. Dikutip dari National Geographic Indonesia, dalam pedoman tersebut dikatakan, puasa bisa dilakukan di ISS atau qada’ (kompensasi) di Bumi (selama bulan Ramadan).

Waktu untuk berpuasa disesuaikan dengan zona waktu dari lokasi diluncurkannya astronot. Mantan Menteri Sains Malaysia, Jamaluddin Jarjis, kepada Space.com mengatakan bahwa ibadah puasa dapat ditunda hingga kembali ke Bumi.

Salat di Luar Angkasa

-
Ilustrasi astronot. (Freepik/Serg Nivens)

Adapun mengenai salat, Dewan Fatwa Nasional Malaysia juga berkata bahwa durasi 24 jamnya harus disesuaikan dengan zona waktu lokasi diluncurkannya roket.

Saat itu, Jamaluddin mengatakan bahwa Syekh Muszaphar sebaiknya hanya salat tiga kali sehari karena sulitnya menjalankan ibadah dalam lingkungan yang bebas gravitasi.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X