Melihat Fenomena Semburan Lumpur Lapindo yang Merendam Rumah Warga Sidoarjo

- Jumat, 17 Februari 2023 | 08:10 WIB
Dampak Lumpur Lapindo. (wikipedia)
Dampak Lumpur Lapindo. (wikipedia)

Banjir lumpur panas Sidoarjo alias yang dikenal dengan nama Lumpur Lapindo terjadi sejak tanggal 29 Mei 2006 lalu. Bahkan sampai sekarang ini, peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas itu masih terus berlangsung.

Akibat semburan lumpur panas yang terjadi bertahun-tahun ini menyebabkan dampak pemukiman, pertanian dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitar lokasi lumpuh total. Adapun lokasi semburan lumpur ini berada di Porong bagian selatan Kabupaten Sidoarjo.

Sampai saat ini penyebab semburan lumpur itu masih menjadi pro dan kontra. Karena Lokasi pusat semburan hanya berjarak 150 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. 

Melansir dari Wikipedia, diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pengeboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah.

Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pengeboran mereka di zona Rembang dengan target penyebarannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. 

Alhasil, mereka memasang casing setelah menyentuh target, yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada.

Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung.

Saat pemboran, lumpur overpressure atau bertekanan tinggi dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpur Lapindo.

Baca Juga: 15 Tahun Berlalu, Pemerintah Tetap Tagih Utang Lapindo

Setelah kedalaman 9.297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous alias berlubang-lubang. 

Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan atau kehabisan lumpur di permukaan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli lumpur keluar disebabkan karena adanya patahan, banyak tempat di sekitar Jawa Timur sampai ke Madura seperti Gunung Anyar di Madura, "gunung" lumpur juga ada di Jawa Tengah (Bledug Kuwu). 

Fenomena ini sudah terjadi puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu.

Jumlah lumpur di Sidoarjo yang keluar dari perut bumi sekitar 100.000 meter kubik per hari, yang tidak mungkin keluar dari lubang hasil "pengeboran" selebar 30 cm. 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

7 Arti Mimpi Memotong Rambut Apakah Pertanda Baik?

Minggu, 28 April 2024 | 10:19 WIB

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X