Zaman sekarang ini, utang identik dibayar dengan materi atau uang. Namun konsep ini tak berlaku di zaman Romawi kuno.
Dikutip dari Wikipedia, utang adalah sesuatu yang dipinjam, baik berupa uang maupun benda itu sendiri. Setiap orang yang berutang wajib membayar sesuai perjanjian atau tenggat waktu yang diberikan.
Zaman Romawi kuno, orang tua yang memiliki utang menjual anak mereka untuk dijadikan budak. Memang terdengar kejam, namun ini dilakukan agar mereka mampu membayar utang dan pajak yang diberlakukan oleh pemerintah.
Baca Juga: Penemuan Slip Gaji Tentara Romawi Kuno, Berusia 1.900 Tahun Tercetak di Atas Papirus
Dikutip dari Ancient Origins, penjualanan anak yang dilakukan oleh para ayah ini bukan bersifat selamanya, melainkan sementara.
Nantinya, ayah dan calon pembeli akan mencapai kesepakatan mengenai harga dan durasi perbudakan putranya.
Ketika waktu perjanjian selesai, pembeli diharapkan membawa anak yang dijual kembali dalam kondisi semula seperti saat mereka menerimanya.
Namun dalam aturannya, seorang ayah hanya boleh menjual anaknya sebanyak dua kali saja untuk menjadi seorang buruh.
Jika ayah menjual putranya untuk ketiga kalinya, mereka akan dianggap sebagai ayah yang tidak layak.
Hal ini dianggap sebagai keserakahan seorang ayah yang hanya memanfaatkan anak laki-laki mereka untuk meraih kekayaan, bukan untuk melunasi utang dan membayar pajak.
Baca Juga: Agar Tak Salah Sasaran, PSK Romawi Kuno Wajib Mewarnai Rambut Mereka
Setiap anak laki-laki yang dijual oleh ayahnya sebanyak tiga kali, akan dibebaskan secara hukum dari orang tuanya yang serakah.
Tetapi hal ini hanya berlaku setelah para anak laki-laki menyelesaikan tugas ketiganya sebagai budak.
Artikel Menarik Lainnya:
